JAGA DIRI MASING-MASING : Mencari Strategi Atasi Covid-19

Dr Handrawan Nadesul | Corona

Covid-19 bertebaran di mana-mana tempat publik oleh karena di wilayah publik tentu ada saja pembawa Covid-19 yang berkeliaran. Satu saja hadir pembawa Covid-19, akan ada puluhan orang di sekitarnya terdampak, dan menjadi positif Covid-19. Apalagi di wilayah rumah sakit, klinik, puskesmas, praktik dokter, apotek, laboratorium. Bukan saja di udara, pada semua permukaan di wilayah banyak orang sakit berdatangan, populasi Covid-19 lebih banyak berserakan. RS di Wuhan, misalnya, lantainya paling banyak ditemukan Covid-19, yang berserakan dari batuk, bersin, dan ludah atau dahak pembawa Covid-19, termasuk di permukaan dinding dan ruang ganti serta toilet tenaga kesehatan.

Semakin sedikit orang tidak memasuki wilayah publik, dan wilayah pasien (social distancing dan physical disntancing), semakin berkurang bermunculan kasus baru Covid-19. Apabila angka kejadian kasus baru terus bertambah, itu berarti masih banyak orang yang bersentuhan dengan wilayah berisiko tertular seperti diungkapkan di atas: mal, restoran, bar, cafe, kantor, selain wilayah tempat pasien berdatangan. Itu berarti kurva epdemiologi belum akan melandai. Sampai kapan? Sampai tidak ada lagi orang-orang yang tertular yang akan menjadi kasus baru Covid-19.

Kita sekarang sudah melonggarkan masyarakat bergerak, sehingga secara membeludak orang-orang memasuki wilayah berisiko tertular, apalagi risiko di area zona merah, wilayah cluster Covid-19, yang berarti risiko tertular sangat tinggi lagi.

Keputusan relaksasi melonggarkan masyarakat dimaksudkan agar ekonomi sedikit bergerak, karena memang kondisi kebanyakan rakyat kita terlalu miskin kalau terlalu lama di rumah. Relaksasi atau melonggarkan ini ingin menyelamatkan ekonomi rakyat banyak.

Relaksasi PSBB barang tentu terpaksa harus sedikit mengorbankan pihak kesehatan. Angka incidence atau kejadian kasus baru Covid-19 akan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Yang sakit akan bertambah lebih banyak. Namun pertimbangannya oleh karena nilai melonggarkan masyarakat bergerak lebih besar untuk membela ekonomi rakyat. Tentu perlu disertai dengan tetap membuat masyarakat waspada menjaga diri masing-masing, dengan gaya hidup sehat yang baru, dan menjadi kebiasaan sehat yang baru: terbiasa bermasker, cuci tangan, jaga jarak, tahu aturan sosial batuk dan bersin, serta upaya lain agar terhindar dari kejadian tertular.

Konsekuensi kasus baru Covid-19 bertambah, angka kematian ikut bertambah. Namun kembali lagi, fakta ilmiahnya sebagian besar yang sakit Covid-19 akan sembuh swasirna (self limitting), khususnya kelompok usia muda, hanya sebagian kecil, katakan 5 persen saja yang akan sakit berat, kritis, dan di antara yang kritis itu yang menjadi korban meninggal dunia. Siapakah itu? Mereka yang sudah ada masalah dengan tubuhnya, sudah ada penyakit lama (comorbid), dan kelompok usia lanjut. Angka kematianCovid-19 tetap berkisar 3-4 persen saja.

Kalau pilihannya orang dibiarkan lebih longgar menggerakkan ekonomi, yang akan menjadi korban kelompok yang sekitar 5 persen saja itu. Sedang kelompok yang 95 persen, yang usia produktif yang memutar ekonomi, akan diselamatkan. Artinya kalau mereka sampai tertular dan menjadi sakit Covid-19 pun akan menyembuh sendiri, namun menghasilkan ekonomi yang masih bisa berputar. Dan ini meliputi 95 persen anak bangsa. Negara dengan lockdown ekonominya hancur, dan babak belur. Bagi negara yang terlalu miskin untuk memberi makan ratusan juta rakyatnya, akan konyol kalau membiarkan ekonominya tidak bergerak. Secara bijak pihak kesehatan memang selaiknya terpaksa harus dikorbankan demi ekonomi bangsa. Bila kondisi ekonomi krtis dibiarkan, negara yang akan hancur. Akan tetapi kalau pihak kesehatan yang tidak ditolong, yang dikorbankan kelompok usia lanjut, sedang negara tidak akan runtuh.

Strategi perlu disusun arif. Konsep ilmiahnya (scientific concept) di mata medis bahwa tertular Covid-19 tidak semudah yang orang bayangkan. Apakah kalau tubuh dimasuki satu ekor virus Covid-19 saja pasti akan jatuh sakit Covid-19? Apa semua orang yang dimasuki Covid-19 pasti akan jatuh sakit? Seberapa besar probabilitas kita dimasuki Covid-19 apabila masyarakat sudah kembali bergerak bebas berkegiatan sosial?

Kita memang belum seluruhnya mengenali tabiat Covid-19 karena virus ini sama sekali baru di mata medis. Belum semua tabiatnya kita ketahui. Yang sudah kita ketahui, bahwa penularannya lebih dari sekadar droplet sejauh 2 meter area tularnya saja lagi, melainkan bisa lebih jauh lagi, yakni bisa lebih 6 meteran, oleh fakta dtemukannya (lewat fotografi teknik tinggi) ternyata ada yang lebih halus dari semburan droplet, yakni microdroplets atau fine mist, yang ukurannya kurang dari 10 mikromikron, dan semburan halus itu bisa beterbangan, yang berarti menyerupai airborne, penularan lewat udara. Apa makna temuan baru ini?

Kewaspadaan masyarakat harus ditambah. Masyarakat perlu diberi tahu bahwa probabilitas risiko tertular menjadi lebih besar. Bahwa semburan ludah itu yang membawa Covid-19 bisa terbang lebih jauh dari lokasi tempat pembawa Covid-19 berada. Walaupun tidak langsung terhirup oleh orang di sekitar radius semburan, Covid-19 akan jatuh oleh gravitasinya ke permukaan di sekitar area semburan, selain jatuh ke lantai. Artinya pakaian, rambut, kulit yang terbuka, alas kaki, semua berpotensi ditempeli Covid-19 bila masyarakat berada di tempat publik, di dekat tempat pembawa Covid-19 berada.

Barang tentu selama masyarakat tetap memakai masker, cuci tangan, dan terbiasa waspada, lebih kecil potensi menjadi jatuh sakitnya. Kendati sudah ada Covid-19 yang terhirup hidung atau mulutnya, jumlah virusnya tidak sebanyak bila tanpa masker. Kendati Covid-19 sudah menempel di jemari tangan, bila tidak memegang wajah, masih kecil kemungkinan jatuh sakit. Demikian pula apabila Covid-19 sudah ada yang menempel pada pakaian, rambut, kulit, alas kaki, bila setiba di rumah membersihkan semua yang dari luar rumah, kecil kemungkinan jatuh sakit. Edukasi ini yang harus menjadi bekal masyarakat bersikap waspada, sehingga probabilitas terkena, dan atau sampai jatuh sakit, masih tetap lebih kecil saja.

Perhitungan ilmiahnya demikian. Tidak mungkin hanya satu ekor virus Covid-19 yang memasuki tubuh, katakanlah dari kemasan plastik barang yang kita beli, atau dari semburan yang lolos memasuki masker, kendati memasuki tubuh, pasti tidak selalu bikin kita jatuh sakit Covid-19. Lalu berapa banyak virus Covid-19 yang memasuki tubuh yang bisa bikin kita jatuh sakit Covid-19? Itu yang kita belum persis tahu.

Nasib tubuh yang dimasuki Covid-19 bukan selalu tentu akan jatuh sakit Covid-19. Pertama, tergantung berapa banyak Covid-19 yang memasuki tubuh (virus load), lalu seberapa ganas virus Covid-19-nya (virulensi) karena kita tahu selain ada tipe Covid-19 strain A-B-C kita tahu Covid-19 terus bermutasi atau berubah tabiat, serta seberapa tangguh kekebalan tubuh kita, sistem imun tubuh kita. Matematika probabilitas jatuh sakitnya: Jumlah Covid-19 yang memasuki tubuh dikalikan tingkat keganasan atau virulensi Covid-19 sebagai “pembilang” dibagi dengan kekebalan tubuh sebagai “penyebut”. Pembilang harus lebih kecil dari penyebut supaya tidak jadi sakit. Semakin besar nilai jumlah Covid-19 yang masuk tubuh dan semakin ganas Covid-19 nya dan semakin lemah kekebalan tubuh, maka alhasil orang akan jatuh sakit. Sebaliknya bila Covid-19 yang masuk kecil saja dan keganasannya lemah saja, sedang kekebalan tubuhnya tangguh, maka orang tidak menjadi jatuh sakit. Itu maka faktor dosis virus, faktor keganasan virus, dan faktor kekebalan tubuh inilah yang menentukan apakah orang yang tertular akan jatuh sakit, atau batal sakit, atau sakit berat, kritis, atau menjadi korban meninggal dunia.

Apabila peperangan Covid-19 dalam tubuh dengan keganasannya, akibat kekebalan yang lemah, maka orang akan jatuh sakit. Berat ringannya jatuh sakitnya tergantung tiga faktor tersebut di atas: sakit ringan kalau virusnya sedikit dan tidak ganas, dan kekebalan tubuhnya tangguh, sakit sedang bila dosis virusnya lebih banyak lebih ganas, dan kekebalan tubuhnya sedikit kurang tangguh, atau sakit berat sampai kritis bila dosis virus yang masuk banyak, sangat ganas, type dan strain Covid-19 baru, dan kekebalan tubuhnya lemah. Kelompok usia lanjut secara alami makin menurun kekebalan tubuhnya. Sakit berat dan kritis ini yang menjadi kelompok korban meninggal dunia. Jumlahnya sekitar 3 persenan dari jumlah kasusnya (prevalence rate).

Jadi dengan lebih memberikan kelonggaran agar masyarakat bisa bergerak untuk memutar kembali ekonomi, konsekuensi risiko yang harus dipikul pihak medis kendati nyata ada, namun bila melihat nasib orang tertular secara matematika medis seperti sudah diungkap itu, masih lebih menguntungkan bangsa. Artinya apabila masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan dengan tetap bergaya hidup normal baru (New normal), kebersihan perorangan (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan (sanitasi sehat), kebiasaan dengan perilaku hidup sehat baru, kendati sampai tertular pun, kecil kemungkinan akan jatuh sakit. Kalau jatuh sakit pun tidak berat. Apalagi kalau masih kelompok umur produktif, bisa jadi batal jatuh sakit, sebab Covid-19 nya berhasil dikalahkan oleh kekebalan tubuh. Saya menemukan beberapa kasus yang melihat hasil laboratorium darahnya nyata khas Covid-19 yakni, darah putih leucocyt turun (pada penyakit virus), yang spesifik Covid-19 darah putih jenis neutrophyl meningkat tinggi sedang jenis darah putih lymphocyt turun sehingga ratio neutrophyl dibanding lymphocyt (NLR) meninggi bisa lebih dari 3,0, dan yang spesifik lainnya jenis darah putih monocyt yang hanya 1-2 saja pada kasus Covid-19 lebih dari 15.0, dan satu lagi yang spesifik pada Covid-19 nilai darah CRP (C-reactive protein) meninggi sekali.

Jadi dengan membaca hasil darah yang spesifik Covid-19, kita sudah bisa memastikan ini kasus positif Covid-19. Bahwa nyatanya pada kasus ini pemeriksaan rt-PCR untuk menemukan virusnya, hasilnya negatif, bukan berarti bukan Covid-19. Dan seminggu kemudian diperiksa darah lagi, semua nilai spesifik Covid-19 sebagaimana disebut di atas, ternyata sudah turun. Ini artinya tubuhnya, kekebalan tubuhnya, sistem imun tubuhnya, berhasil mengalahkan Covid-19 yang memasuki tubuhnya. Itu maka pemeriksaan virus PCR-nya negatif.

Kasua OTG (orang tanpa gejala) juga demikian. Peperangan antara Covid-19 di dalam tubuh pasien belum selesai, dan belum ada yang terkalahkan, sehingga Covid-19-nya masih ada di dalam tubuh, dan kekebalan tubuhnya masih tangguh sehingga Covid-19 belum bisa mengalahkannya untuk membuatnya jatuh sakit. Tampak sakit, sembuh pun belum.

Lalu dari kenyataan medis di atas apa saja yang masyarakat perlu lakukan? Pertama, upayakan seminimal mungkin dimasuki Covid-19 dengan tetap hidup waspada dengan berkebiasaan sehat yang baru. Covid-19 masih akan tetap ada sebagaimana halnya virus flu sekerabat lainnya. Kedua, pilih gaya hidup sehat supaya kekebalan tubuh selalu tangguh.

Herd Immunity, atau melepaskan masyarakat bebas bersosial agar secara alami lalu menjadi kebal akibat tertular Covid-19. Akan terbentuk kekebalan alami bagi kelompok usia produktif yang berumur muda. Namun tentu berisiko bagi kelompok rentan (vulnerable group) yakni bayi dan usia lanjut mengingat kekebalan tubuhnya sudah tidak lagi tangguh. Kalau pun benar pilihannya harus Herd Immunity, selain porlu memberi perlindungan imunisasi setelah vaksin Covid-19 tersedia bagi masyarakat luas, perlu proteksi khusus bagi kelompok bayi dan kelompok usia lanjut.

Ini soal bagaimana membentuk profil imunologik (immunological profile) agar selalu tangguh. Gaya hidup harus menyehatkan. Menu harian cukup kaya protein dengan asam amino tinggi, hidup tertib teratur, cukup bergerak badan, cukup vitamin pengungkit kekebalan, yakni vitamin C, vitamin D, vitamin E, dan mineral zinc.

Saya kira kita cukup melakukan pelonggaran bergeraknya masyarakat saja, sekadar agar bisa memutar ekonomi, sambil tak henti berpesan agar semua gerak hidup masyarakat tetap mewaspadai Covid-19, perilaku hidup normal baru yang berangsur-angsur kemudian akan menjadi perilaku sehat masyarakat sampai sepanjang hayat.

Semoga ini terbaik bagi kita, bangsa yang selalu bisa tangguh untuk banyak hal.

Salam sehat,
Dr HANDRAAN NADESUL
Covid-19 Herd Immunity

Diterbitkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close

Error: Contact form not found.