GAYA HIDUP SEHAT SATUHU

Catatan Hijau-Biru, Kusuma Putih Community

Catatan Hijau-Biru(CHB) merupakan tulisan Naning Pranoto, secara berseri. Isinya mengupas berbagai hal yang berkaitan erat dengan Gaya Hidup Sehat Satuhu secara alami atau selaras dengan alam. Dengan kata lain ia menerapkan ‘nafas naturisme’ yaitu gaya hidup dan budaya yang dekat dengan alam, menghormati orang lain, dan menghargai lingkungan. Tentu saja gaya hidup tersebut paradox dengan Gaya Hidup Hedonisme yang berfokus mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas, dianut oleh orang-orang yang mencari kesenangan hidup semata-mata. Dampaknya, antara lain merongrong keuangan dan kesehatan.

CHB yang ditulis oleh Naning Pranoto bertujuan untuk mengajak siapa saja yang ingin hidup sehat raga maupun jiwa secara alami. Ide menulis topik tersebut terpantik atas kesembuhannya dari kanker kandung kemih yang dialaminya pada akhir Desember 2020. Ia mengalami kenyerian luar biasa yang ditandai dengan kencing darah setiap lima menit sekali. Kemudian, dalam kurun 20 hari pada Februari – Maret 2021 ia menjalani operasi 3 (tiga) kali dan 5 (lima) organ di perutnya diangkat serta dibuat lobang (stoma permanen) di dinding perutnya. Berkat gaya hidupnya yang alami (sebagai vegetaris) sejak muda dan penanganan dr. Yacobus Prang Buwono, Sp.U berserta timnya secara tepat, Naning Pranoto sembuh dari kanker. Sebagai seorang penulis dan perintis Creative Writing di Indonesia, ia mampu kembali aktif menulis tiga bulan pasca operasi.

Mendirikan Kusuma Putih Community

Kini sisa hidup Naning Pranoto selain mengajar dan menulis berbagai buku fiksi dan nonfiksi serta puisi, ia mendedikasikan waktunya untuk kegiatan Writing for Healing and Happiness di bawah naungan Kusuma Putih Community yang disingkat KuPu, ini merupakan trubus Yayasan Rayakultura. KuPu hadir bagi siapa saja yang memerlukannya. Pendirinya Naning Pranoto bersama Dr. Lies Wijayanti SW dan Shinta Miranda.

Para Penerima Penghargaan dari Rayakultura-IKAPI/Panitia IIBF-2022
Para Penerima Penghargaan dari Rayakultura-IKAPI/Panitia IIBF-2022

KuPu diketuai oleh Endang Sri Herminingsih, Yulius Budi Susila sebagai Sekretaris, Bendahara di Erina Charlotte sebagai Bendahara dan yang menggawangi Humas Naning Pranoto, Andre Birowo dan Asri Indah Nursanti. Anggota Perintis terdiri dari Sr. Anastasia Marlina, CP, Sr. Rosa Osmawani, CP, Anastasia Rini Pujowati, Siska Susantrin, Rita Anugerah, Sri Masrifah dan Daniel Liunando.

Delapan di antara Pendiri, Pengurus dan Anggota KuPu, pada tanggal 10 November 2022 mendapat penghargaan dari Rayakultura-IKAPI/Panitia IIBF 2022 dengan predikat sebagai berikut: Dr. Lies Wijayanti SW, sebagai A Pioneer in Writing for Healing. Asri Indah Nursanti, Yulius Budi Susila, Endang Sri Herminingsih, Shinta Miranda dan Sri Masrifah sebagai A Pioneer in School Literacy. Anastasia Rini Pujowati mendapat penghargaan sebagai Song Composer of Untukmu Negeriku dan Siska Susantrin sebagai Rising Writer in Creative Writing. Penghargaan tersebut meneguhkkan mereka untuk terus berkarya dan berdedikasi.

KuPu dideklarasikan pada tanggal 10 November 2022 di Panggung Utama IIBF-2022, Hall B JCC Jakarta, oleh Dr. Lies Wijayanti SW. Acara tersebutkan disaksikan oleh Dr. Handrawan Nadesul, dr. Yacobus Prang Buwono, Sp.U, dr. G.A. Kusmiati, MARS, FISQua – Direktur RS EMC Sentul City Bogor dan ratusan undangan yang hadir.

Deklarasi Kusuma Putih Community 10 November 2022 di Panggung Utama IIBF 2022 JCC Jakarta
Deklarasi Kusuma Putih Community 10 November 2022 di Panggung Utama IIBF 2022 JCC Jakarta

Bagi yang minat bergabung dengan KuPu – untuk menemukan kesehatan dan kebahagiaan jiwa-raga melalui pena, silakan hubungi WA +6285781113695 atau e-mail ke: rayakultura2@gmail.com
Komunitas KuPu tidak mengikat, bersifat sosial-pelayanan yang menyehatkan raga-membahagiakan jiwa berlandaskan pena dan tidak mengacu pada ormas maupun partai politik
=====================================================================
Pada Seri I CHB berikut ini, Naning Pranoto mengupas tentang makanan natural nonberas yang tidak mengandung pestisida maupun pewarna. Ia berbincang-bincang dengan Dr. Harris Susanto, penulis buku Blue Society – isinya tentang: Rekayasa Pola Makan dan Produksi Daun Siap Santap dari Pekarangan.

DR.HARRIS SUSANTO ‘bernyawa’ DAUN SAMBUNG NYAWA:
ABAIKAN ‘4 SEHAT, 5 SEMPURNA’

Facile omnes, cum valemus, recta consilia aegrotis
Apabila kita sendiri sehat, maka mudah memberi nasihat kepada orang yang sakit
(Terentius – Dramawan Romawi)

Quote tersebut di atas selaras dengan apa yang dikatakan Dr. Harris Susanto dalam anjurannya kepada masyarakat agar mengkonsumsi dedaunan yang bisa di tanam di pekarangan rumah, khususnya daun Sambung Nyawa, untuk mewujudkan hidup sehat.

“Berkat mengkonsumsi dedaunan, khususnya daun Sambung Nyawa, gula darah saya saat ini aman dan bisa beraktivitas secara optimal. Sebelumnya saya dalam kondisi prediabetes.” Papar Dr. Harris membuka pembicaraan mengenai pengalamannya menjalani gaya hidup sehat secara alami dikaitkan dengan pola makannya. Hasilnya? Mampu mengendalikan level gula darahnya.

Prediabetes adalah kondisi saat kadar gula darah di dalam tubuh seseorang lebih dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes melitus tipe 2. Kondisi prediabetes ini jika dibiarkan akan mengalami progresivitas dan berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2. https://www.halodoc.com/kesehatan/prediabetes
Menggantikan Peran Makanan 4 (Empat) Sehat 5 (Lima) Sempurna

Apa yang dilakukan Dr. Harris memang tepat, Ia tidak menganggap sepele kondisi kesehatan yang dialaminya. Sebab jika tidak segera ditangani, kala prediabetes berkembang menjadi diabetes tipe 2 dan komplikasi lain yang berbahaya, seperti: Stroke. Luka pada kaki yang berisiko amputasi.

Lebih lanjut Dr. Harris menjelaskan, selain menyehatkan, Sambung Nyawa yang nama latinnya Gynura procumbens, bisa menggantikan peran makanan yang dikonsepkan dalam 4 (Empat) Sehat, 5 (Lima) Sempurna, yang dikampanyekan pemerintah kita sejak tahun 1955, oleh Prof. Poorwo Soedarno – Bapak Gizi Indonesia. Pola makan tersebut diadopsi dari Food Basic Four – the USA (Amerika Serikat) yang mulai disosialisasikan pada tahun 1940-an. Tujuannya untuk membuat masyarakat memahami pola makan yang benar. Acuannya: Makanan 4 (Empat) Sehat 5 (Lima) Sempurna meliputi menu makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah-buahan, serta susu sebagai penyempurna menu tersebut.

“Padahal itu tidak benar. Untuk orang Indonesia tidak perlu minum susu. Itu kan konsep orang bule yang hidup di Negeri Empat Musim. Kita hidup di daerah tropis tak perlu minum susu.” Tegas Dr. Harris yang meraih gelar S-2 Studi Filsafat. “Karena sifat manusia itu memang ingin memiliki yang tidak dimiliki. Yaitu, budaya minum susu, misalnya. Padahal yang benar, memenuhi apa yang kita butuhkan saja. Bukan apa yang kita inginkan.” tegasnya, dilandasi pemikiran membedah sisi kedalaman manusia dari sudut pandang filsafat.

Pekarangan Sebagai Sumber Pangan

Pemikiran tentang ‘apa yang dibutuhkan’ bukan ‘yang diinginkan’, membuat Dr. Harris menjalani hidup selaras dengan lingkungan secara ekonomi maupun politik, seperti yang ia tuangkan dalam bukunya berjudul Blue Society: Rekayasa Pola Makan dan Produksi Daun Siap Santap dari Pekarangan. Materi buku merupakan sebagian dari hasil disertasi doktornya yang mengambil obyek pekarangan sebagai sumber pangan.

Konsep tersebut merupakan pengembangan eksistensi karangkitri – yaitu budaya memanfaatkan pekarangan rumah untuk tanaman yakni buah-buahan, sayur-sayuran, dan empon-empon yang tujuannya adalah untuk ketahanan pangan. Dalam hal ini Dr. Harris menekankan agar kita tidak tergantung makan nasi. Dasar pemikirannya, secara ekonomi kita bisa menghemat pengkonsumsian beras, tak perlu impor maupun mencetak sawah. Secara politik kita juga tidak terikat akan aturan komoditi pangan maupun kebijakan yang sifatnya politis. Kita bisa lebih merdeka dalam menentukan pangan yang kita konsumsi bersumber dari pekarangan rumah.

Sayangnya, untuk menerapkan pola makan yang digagas Dr. Harris bukanlah hal mudah. Selain faktor kebiasaan makan nasi (makanan pokok) yang dianggap suatu keharusan agar sehat, juga adanya faktor sugesti yang membelenggu rasa: “Kalau belum makanan nasi, belum mantap, rasanya belum makan” – itulah yang membuat sulit meninggalkan nasi, beralih pada dedaunan.

“Padahal nenek-moyang kita sudah terbiasa makan dedaunan. Itu ada pecel. Ada urap. Ada lalapan. ” Dr. Harris menggaris-bawahi, “Nah, kalau gado-gado memang sudah terpengaruh makanan Barat seperti halnya aneka salad yang ada saat ini.” Imbuhnya.

Untuk mensosialisasikan pengkonsumsian daun Sambung Nyawa, Dr. Harus bersama stafnya membuka restoran yang menyajikan aneka hidangan daun tersebut berupa salad, karedok panjang umur hingga keripik. Di samping itu, ia terus ‘mengkampanyekan’ pemberdayaan pekarangan sebagai sumber pangan. “Memang tidak mudah mengubah pola makan masyarakat. Tapi paling tidak saya telah menerapkan untuk diri saya dan keluarga saya, terbukti hidup sehat. Lalu ada pula teman-teman dekat saya maupun orang-orang yang mau menikmati apa yang saya tawarkan.” Dr. Harris tampak bersemangat.

Khasiat Daun Sambung Nyawa

Tulisan tentang tanaman Sambung Nyawa selain bisa dipelajari dari buku yang ditulis Dr. Harris Susanto juga bisa di-googling di ratusan situs sumber. Pilih yang valid,sehingga bisa dipertanggung-jawabkan sebagai acuan hidup sehat dan sekaligus menanamnya di pekarangan rumah. Yang jelas, menanam Sambung Nyawa tidak sulit. Selain tidak memerlukan lahan luas, cukup di dalam pot, juga tidak memerlukan perawatan khusus dan bisa hidup di berbagai jenis tanah di daerah tropis. Di Indonesia, banyak terdapat di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali. Juga bisa ditemukan di Thailand, Malaysia, Vietnam dan di Cina wilayah tropis.

Sambung Nyawa dikategorikan tanaman herbal, tapi juga layak dikonsumsi sebagai sayuran. Bahkan Dr. Harris Susanto menganjurkan sebagai bagian dari makanan pokok. Bahkan secara pribadi ia telah mengkonsumsinya sebagai makanan sehat. “Daun Sambung Nyawa bisa dimakan mentah sebagai lalapan atau dibuat salad. Saya sering makan mentah begitu saja.” Jelas Dr. Harris.

Memang demikian. Daun sambung nyawa dapat dikonsumsi dengan berbagai cara. Kita bisa memakannya dalam keadaan mentah sebagai lalapan atau mengolahnya menjadi lauk. Rebusan daun sambung nyawa juga dapat diminum seperti meminum teh dengan cara merebus beberapa helai daunnya dan meminum air rebusannya.
Mengutip Jurnal Kedokteran Universitas Lampung (Unila) dan juga situs Cancer Chemoprevention Research Center Fakultas Farmasi UGM, berikut manfaat daun sambung nyawa untuk kesehatan https://apps.detik.com/detik/:

1. Membantu Mencegah Sakit Ginjal
Daun sambung nyawa membantu mengurangi penurunan fungsi ginjal yang ditunjukkan dengan meningkatnya kadar kreatinin.

2. Membantu Meredakan Infeksi Kerongkongan
Sejak lama, daun sambung nyawa dikenal sebagai obat infeksi kerongkongan.

3. Membantu Menghentikan Pembekuan Darah (haematom)
Kandungan senyawa pada umbi sambung nyawa diyakini berkhasiat untuk menghilangkan pembekuan darah atau haematom, pembengkakan, patah tulang, dan pendarahan setelah melahirkan.

4. Membantu Menawarkan Racun Gigitan Binatang Berbisa
Daun sambung nyawa diyakini bermanfaat untuk menawarkan racun gigitan binatang berbisa. Tentunya kunjungi dokter jika gejala tidak mereda.

5. Membantu Menghambat Pertumbuhan Sel Kanker dan Tumor
Daun sambung nyawa memiliki kandungan senyawa yang mempunyai efek menghambat pertumbuhan sel kanker, seperti flavonoid, sterol tak jenuh, asam polifenol, saporonin, steroid, asam klogenat hingga minyak atsiri.

Selain itu senyawa kimia pada sambung nyawa juga diketahui berperan sebagai antifungal, antioksidan, antialergi, dan analgetik. Penelitian menunjukkan skrining fitokimia daun sambung nyawa berkhasiat sebagai antikanker, antara lain kanker payudara, kanker kandungan, dan kanker darah.

6. Membantu Meredakan Demam
Batang tanaman sambung nyawa dalam pengobatan tradisional sering digunakan untuk menurunkan demam.

7. Membantu Mengatasi Gangguan Pencernaan
Ekstrak daun sambung nyawa diyakini mencegah terbentuknya tukak lambung dan melindungi lapisan dalam lambung.

8. Membantu Mengatasi Gejala Disentri
Bagian batang dari sambung nyawa diyakini bisa mengatasi gejala disentri.

9. Membantu Menurunkan Tekanan Darah
Mengutip situs Dinas pertanian Kabupaten Buleleng, daun sambung nyawa memiliki sifat neoplastik. Sifat ini diyakini bisa menurunkan tekanan darah.

10. Membantu Menurunkan Gula Darah
Daun sambung nyawa mengandung zat flavonoid yang memiliki peran untuk menurunkan gula darah dengan meningkatkan produksi insulin.

(Naning Pranoto)

Diterbitkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close

Error: Contact form not found.