Happy Facing the New Forty

Tips Memasuki Usia 50


Life begin at forty! – demikian kata pepatah yang menjadi mitos bahwa kehidupan seseorang dimulai pada usia 40 tahun. Kini muncul pepatah baru bahwa usia 50 tahun dianggap sebagai the new forty. Anggapan tersebut menebar aura positif karena membangkitkan semangat a happier body and soul bagi siapa pun yang memasuki usia 50 tahun. Jika Anda menginginkannya,, silakan paktikkan tips berikut.

1. Dialog dengan Tubuh

Untuk menjaga kesehatan. Lazimnya penyakit bermunculan menghinggapi pada diri seseorang pada usia 50 tahun. Hal ini bisa dihindari jika sejak memasuki usia 40 tahun rajin ‘berdialog’ dengan tubuhnya. Misalnya, cari tahu apa menyebabnya jika tubuh sering semutan, sakit kepala, jantung berdebar-debar, mudah lelah, berat badan terus meningkat dan sebagainya. Biasanya hal-hal tersebut bisa terjadi dampak dari pola makan, gaya hidup, emosi yang tidak stabil dan tuntutan pekerjaan. Konsultasikan dengan dokter jika Anda tidak menemukan jawabannya yang pasti, agar menemukan solusinya.

2. Menciptakan Dunia Baru

Untuk menggelar ‘dunia baru’. Sering terdengar orang-orang berusia 50 tahun mengeluh: merasa bosan atau jenuh dengan rutinitas yang mereka lakukan. Apalagi bagi yang cemas menghadapi masa pensiun, rasa bosan dan kejenuhannya akan membuatnya depresi. Untuk menghindarinya, ciptakan ‘dunia baru’ yang bisa membuat Anda lebih bahagia. Misalnya, mengembangkan hobi menjadi ladang bisnis, mempelajari ilmu baru yang bisa dikembangkan menjadi ladang pengabdian sosial atau keagamaan, menjalin hubungan dengan orang-orang baru untuk mempelajari hal-hal baru yang bisa dikembangkan pada saat pensiun.

3. Bersosialisasi

Untuk menghidari ‘ruang sunyi’. Lazimya seseorang mulai berkarir atau memulai bisnisnya pada usia 20-an. Kemudian terus mengembangkannya dalam bilangan puluhan tahun. Tidak  terasa usia telah memasuki kepala 5. Selama puluhan tahun selalu sibuk,  tidak ada waktu untuk bersosialisasi karena focus pada pekerjaan yang ditekuninya. Maka tak heran pada saat ‘usia pensiun’ tiba mereka merasa memasuki ‘ruang sunyi’ karena tidak punya teman dekat. Maka dari itu, sesibuk apa pun perlu menyisihkan waktu untuk bersosialisasi dengan tetangga dan lingkungannya. Bahkan sangat baik jika mau menyediakan diri menjadi RT atau RW misalnya. Maka  tidak kehilangan kontak dengan lingkungan sekitar yang bisa diajaknya ngopi sambil kongkow,  menciptakan suasana yang menyenangkan.

4. Kompak,  Kompromis dan Pemenuhan Spirtitual

Untuk bisa legowo. Tidak sedikit memasuki usia 50 membuat  seseorang menjadi gamang dan membuatnya frustasi karena merasa belum mencapai suatu target yang dicapainya. Untuk mereduksinya perlu mempererat hubungan dengan keluarga (internal) sebagai pendukung dan mendekatkan diri dengan pihak luar (eksternal) yang dianggapnya sebagai rival atau ‘orang-orang yang berbeda’ (beda keyakinan, beda ideology, strata ekonomi, ras, pendidikan dsb). Pendekatan tersebut agar bisa bersikap kompromis tanpa kehilangan jatidiri. Sikap kompak dan kompromis akan membuat seseorang bisa bahagia dalam berbagai situasi, di mana pun berada. Untuk menguatkannya,  landasi dengan praktik  pemenuhan spiritual yang kokoh.

5. Mencari, Melihat, Memahami dan Menapaki ‘Dunia Baru’

Untuk tetap aktual. Tua itu indentik dengan sebutan kuno, ketinggalan zaman dan plonga-plongo. Siapa pun  orangnya akan sedih jika dikategorikan atau memang berada dalam ketiga zona  tersebut. Karena dianggap bak barang rongsokan.  Jika hal tersebut terjadi, membuat orang yang mengalaminya cenderung apatis yang membuatnya murung. Untuk mengantisipasinya antara lain: (a) Membuka wawasan dengan cara banyak melakukan traveling sebagai studi banding dan pengkayaan diri; (b) Mengikuti perkembangan teknologi sebagai penggunanya untuk tujuan positif; (c) Banyak membaca buku-buku edisi terbaru yang sifat informatif; (d) Jadi orang tua yang ‘gaul’ dengan kaum muda; (e) Siap menerima perubahan dalam berbagai aspek kehidupan dan (f) Siap menjadi pribadi yang berlabel ‘new brand’ sejalan dengan perkembangan zaman.  (Sumber:   How to Care for Aging Parents)


Ingin berlangganan artikel? Isi kolom berikut ini (gratis).


Loading

Diterbitkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close
[contact-form-7 404 "Not Found"]
%d bloggers like this: