BERBAGI NYAWA: Naning Pranoto
Kamis 10 November 2022 kemarin, saya diminta membedah buku karya sahabat lama Naning Sarwiningsih Pranoto bertajuk Berbagi Nyawa. Ini kisah lengkap dan panjang perjuangan seorang wanita, kini penyintas kanker, yang harus mengangkat nyaris lima organ tubuhnya, gara-gara ada kanker di kandung kemihnya.
Ini bukan kasus biasa. Kanker kandung kemihnya sendiri kasus biasa. Tapi sampai harus mengangkat lima organ yang terlibat oleh kankernya, itulah yang menjadi kasus luar biasa.
Secara teknis juga ini kasus yang perlu ketelatenan bedah lain. Sejawat Dr Yakobus Prang Buwono, ahli Urologi, telah berhasil menjadikan pasien Naning masih tetap dalam kondisi hidup yang berkualitas, selain kankernya ditiadakan. Tentu kerja bareng bersama tim, dan fasilitas RS EMC Sentul, Bogor yang dipayungi oleh Direktur RS Dr G.A. Kusmiati, MARS, kepada mereka semua pasien merasa berterima kasih, dan mengucap syukur.
Perjalanan penyakit Naning, membaca ungkapannya dalam bukunya, luar biasa bikin nestapa, bikin putus asa, bahkan Naning mengaku gila, selain ada keinginan bunuh diri menahankan beban penderitaan seberat itu. Bisa kita bayangkan betapa.
Belum lagi proses penyembuhan sendiri dengan penderitaan tersendiri, nyeri yang tak tertahankan, batin yang ngilu. Juga kalau pada akhirnya harus dibuat corong buatan terbuat dari sebagian usus kecil, pada dinding perut, untuk menyalurkan urine karena kandung kemih sudah tidak ada. Lubang corong pada dinding perut dengan tambahan kantung, yang wajib dikosongkan tiap setengah jam, memerlukan waktu untuk melatih membiasakannya menjadi kelumrahan keseharian.
Untuk bisa tiba pada kondisi sebagus ini, kasus luar biasa ini, tentu perlu peran pasien sendiri, butuh peran pasien untuk mau sembuh.
Untuk itu, selain soal kondisi tubuh sejak muda, dan saya menyebutnya otobiografi tubuh. Bagaimana tubuh dirawat sejak muda, sehingga lebih kuat, lebih tidak terbeban mengalami pembedahan dan kondisi seburuk itu. Nyatanya kualitas hidup Naning setelah operasi masih lebih dari minimal. Naning masih mampu berjalan sendiri, masih tidak ada gangguan badan yang berarti, dan tentu masih tetap bisa berkarya. Dan itu buat Naning sungguh berarti, karena karya hidupnya menulis.
Selain kondisi tubuh yang bagus karena bagus merawatnya sejak muda, untuk memperoleh peluang sehingga mampu mengatasi kesulitan pembedahan dengan segala akibatnya, diperlukan jiwa (soul) yang tangguh, selain pikiran (mind) yang berenergi positif. Itu sebab mengapa, memiliki Body Soul and Mind (BSM) yang harmoni, belum tentu setiap orang memilikinya.
Naning banyak menggeluti hal-ihwal spritualitas seperti itu sejak muda, yang mengaku mutih, Senen-Kemis, dan beberapa kebiasaan lain, seperti tidak mengonsumsi daging selama 8 tahun. Ini juga mendukung. Ada kegiatan spiritualitas di balik menjalani puasa.
Naning juga mendalami Creative Writing yang ia pelajari, meniscayai bahwa dengan menulis juga sebagai terapi. Buku ihwal menulis sebagai terapi sudah diterbitkan bersama 17 sahabatnya. Selama ini Naning juga memberikan semacam kursus menulis bagi siapa saja. Di kulit bukunya Berbagi Nyawa ini, Naning menulis: Menulis Puisi Untuk Terapi Nyeri. Naning melakoni itu.
Lalu apa yang mendukung kalau jiwanya disemangati, pada kulit muka bukunya Naning juga menulis Wake Up & Smile. Jiwa perlu digugah, dan kehidupan memerlukan senyuman. Hidup perlu bersemangat, perlu banyak tersenyum.
Dalam bukunya juga Naning mengungkap ihwal happiness. Bagaimana hormon kebahagiaan )dopamnie-Oxytocin-Serotonin-erdorphin) dibuat membanjir dalam darah. Saya ungkap dalam kesempatan membedah bukunya bahwa dunia sekarang mengejar happiness, tak cukup hanya devisa. Negara kaya raya justru tidak tinggi indeks happinessnya. Finlandia, negara yang tinggi indeks happinessnya.
Barangkali itu maka jangan didik anak menjadi orang kaya, melainkan didik mereka menjadi orang berbahagia. Hanya bila anak dididik menjadi orang berbahagia, anak akan menghargai nilai. Orang mereka hargai bukan dari merk bajunya, merk sepatunya, berapa mobilnya, seperti apa rumahnya, melainkan seperti apa akhlaknya.
Hormon kebahagiaan membanjir dalam darah apabila kita welas asih, mudah memberi, hangat, menerima, lekas bersyukur, tidak dengki, tidak iri, tidak sedih berlarut, tidak depresi, hidup tanpa kebencian.
Energi negatif itu semua yang merusak badan, namun energi positiflah yang mampu menambah happiness. Vibrasi kebaikan, berbuat baik, yang akan memantulkan hal-hal positif dalam kehidupan. Juga dukungan dalam proses kesembuhan.
Sekali lagi, keseimbangan Body, Soul dan Mind hal yang sekarang banyak dicari orang di dunia, di mana-mana negara. Banyak orang mencari kegiatan kesembuhan BSM, lewat healing, lewat meditasi, yoga, dan olah napas.
Sekali lagi, selamat Naning, sudah menjadi sebagaimana hari ini, hikmah buat banyak orang. Pembelajaran buat banyak orang. Saya menutupnya dengan keniscayaan, bahw Yang Welas Asih tidak tidur, Gusti Ora Sare. Juga buat seorang Naning Pranoto.
Salam Happiness,
Dr HANDRAWAN NADESUL