Naning Pranoto meraih gelar sarjana di bidang bahasa dan sastra dari Universitas Nasional, Jakarta (1986). Tahun 1985 studi di Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta. Mendapat gelar masternya (MA) di bidang Chinese Studies dari Bond University Australia (2001). Mendalami bahasa Inggris di English Language Centre Monash University. Juga belajar Academic Writing and Creative Writing di University of Western Sydney Australia (1999). Belajar tentang Sastra Hijau di Parque Ecologico Tatui Porangaba Brazil (1994-1995) dan belajar Penanganan Anak-anak Terlantar di Makati Filipina (1997).
Sebelum produktif menulis fiksi, Naning Pranoto sudah lebih dahulu berkecimpung di dunia pers. Karirnya dimulai di Majalah Mutiara Sinar Harapan Grup (1977-78). Selanjutnya ia bekerja di Majalah Ananda Kartini Grup (1978-1980)
Tahun 1981-1982, ia sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Jakarta-Jakarta. Setelah itu merambah ke bidang penulisan naskah sandiwara radio untuk Radio BBC-London/ABC Australia dengan produser Sanggar Pratiwi (1985-1990). Lebih jauh ia menjadi sutradara film dokumenter, menulis skenario film, skrip film-video, dokumenter dan berbagai iklan komersial maupun iklan layanan masyarakat.
Tahun 2003 Naning Pranoto mendirikan Yayasan Garda Budaya Indonesia(GBI) bersama Penyair Sides Sudyarto DS. GBI bergerak di bidang kebudayaan. Kini ia sebagai Pembina Rayakultura, divisi dari GBI. Melalui Rayakultura itulah Naning Pranoto dan Sides Sudtarto DS memberikan pelatihan menulis kreatif (creative writing) dan menulis ilmiah (academic writing) kepada ratusan ribu siswa tingkat SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi maupun para guru dan dosen di berbagai kota di Tanah Air. Total lembaga pendidikan yang pernah dikunjungi sekitar 15.000 dan melahirkan ratusan sastrawan, ribuan penulis, penyair dan pengarang.
Tahun 2013 bersama Perum PERHUTANI, Naning Pranoto meluncurkan Gerakan Sastra Hijau untuk merawat dan melestarikan Bumi – Rumah Kita satu-satunya. Kemudian ia menjadi pembicara di seminar-seminar nasional dan internasional tentang sastra dan budaya terkait dengan ekologi. Tahun 2015 bulan Agustus mengajak kaum muda menulis kepedulian terhadap ekologi melalui wadah Duta Lingkungan: Laskar Pena Hijau kerjasama degan Yayasan Bhakti Suratto. Menulis buku Seni Menulis Sastra Hijau, sebagai acuan penulisan genre Sastra Hijau. Berbagai kegiatan ini bisa disearching di www.google.com dengan kata kunci Naning Pranoto Sastra Hijau dan Naning Pranoto Creative Writing.
Naning Pranoto telah menulis 20 judul novel, 12 judul buku anak-anak, 28 textbook, ratusan cerita pendek, puisi dan puluhan judul karya tulis ilmiah. Juga menulis ratusan judul cerpen yang dimuat di berbagai media massa. Novelnya yang berjudul Wajah Sebuah Vagina tercatat sebagai bestseller 2005. Novel Miss Lu mendapat penerimaan hangat dari masyarakat luas sebagai novel asimilasi. Novelnya Mumi Beromak Minyak Wangi dan Miss Lu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Gerakan Creative Writing bidang yang ditekuninya, ia persembahkan bagi siapa saja berminat menulis dan membaca kreatif. Sebagai memorabilia bagi Sides Sudyarto DS tanggal 30 Oktober 2012 Naning Pranoto mendirikan SSDS-NP Creative Writing Center dan SSDS-NP Taman Puisi serta Pusat Dokumentasi Puisi. Ketiganya didedikasikan untuk umum yang ingin mendalami sastra dan budaya serta pentas seni berpuisi. Kini aktif sebagai aktivis penggerak Sastra Hijau di Indonesia – menjadi pembicara di berbagai seminar dan menulis sastra maupun ilmiah tentang topik ini.
Naning Pranoto juga aktif pentas monolog dan berteater. Sejak tahun 2015 ia aktif memberikan pelatihan menulis untuk TKW/BMI (Buruh Migran Indonesia) di Hong Kong sebagai program pribadi setiap tahun atas biaya sendiri (independen). Tahun 2017, kembali memberikan pelatihan menulis dan menyelenggarakan Lomba Menulis Kisah Berhikmah untuk BMI lingkup Hong Kong, Korea dan Taiwan. Semua ini dilakukan karena terpanggil untuk mengabdikan diri di dunia literasi.
Akhir tahun 2013, menerbitkan Seni Menulis Sastra Hijau dan Fun Writing, Antologi Cerpen Indonesia-Malaysia dan Antologi Cerita Etni 5 Negara Serumpun. Tahun 2014, menerbitkan a Metode 33 KISS Menulis Fiksi dan Nonfiksi dan Antologi Puisi 10 Penyair Perempuan Indonesia dan Malaysia, Antologi Puisi Negeri Poci 5-6-7, Suara-Suara Rakyat Kecil serta Antologi Puisi Sang Perenoka. Awal 2015 Seni Menulis Cerita Pendek dan Berguru Pada Empu dan Writing for Therapy terbit. Segera terbit novel Perkawinan Puisi dan Nyanyian Sebatang Tubuh.
Tahun 2016 awal mendirikan Rumah Sastra Hijau dan Creative Writing Centre, diberi nama Gubug Hijau Rayakultura di Jalan Bantul KM 5 Yogyakarta dan tahun 2017 mendirikan Klinik Writing for Therapy di kediamannya di Sentul City Bogor Jawa Barat, secara swadaya.
Awal tahun 2017, menciptakan Wayang Hijau bersama Yeni Fatmawati Fahmi Idris, seorang lawyer, penyair, pelukis dan pematung. Juga menulis skrip dan lirik lagu untuk pementaskan mini-opera bertema pelestarian bumi (nguri-nguri Bumi). Akhir tahun 2018 menerbitkan novel berjudul Merah Mei 1998.
Info lebih jauh tentang Naning Pranoto yang merupakan perintis Creative Writing dan Sastra Hijau di Indonesia dapat diakses di www.rayakultura.net dan googling di www.google.com dengan kata kunci: Naning Pranoto
E-mail: rayakultura@gmail.com