Memahami Pohon Literasi

Ditulis oleh: Naning Pranoto


Bicara tentang literasi saya umpamakan seperti bicara tentang pohon yang terdiri dari akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga dan buah. Semua pohon bisa tumbuh berasal dari bibit. Yang perlu dipertanyakan,apakah bibitnya unggul? Kala bibit tersebut disemai, apakah dirawat dengan baik atau hanya ditancapkan asal-asalan? Agar bibit bisa tumbuh dengan baik dan bisa berbunga yang kemudian menghasilkan buah memerlukan proses panjang. Demikian pula dalam berliterasi.

Secara sederhana literasi diartikan keberaksaraan atau melek huruf, yaitu kemampuan menulis dan membaca. Seiring dengan perkembangan iptek dan memasuki Era Informasi, kemampuan menulis dan membaca saja tidak cukup, melainkan ditambah dengan kemampuan berkomunikasi sosial di dalam masyrakat. Maka dari itu diperlukan akar pemahaman tujuan literasi untuk mengkokohkan batang konsistensi berliterasi. Selanjutnya, dikondisikan tumbuhnya dahan, ranting dan daun kreativitas agar membuahkan bunga (ide-ide/gagasan) untuk menghasilkan buah (karya). Untuk itu memerlukan barisan ‘petani’ yang bersinergi meladangkannya yaitu kepala sekolah, para guru membimbing, orangtua anak didik dan dukungan para pakar literasi. Tentu, ini bukan hal yang mudah karena kegiatan membaca dan menulis perlu kerja keras,  ketekunan dan pemikiran berkesinambungan yang mana tidak semua anak didik meminatinya. Maka dari itu, anak didik perlu dimotivasi dan terus menerus diberi pemahaman perlunya memasteri bidang literasi. Sehingga mereka terpanggil untuk berliterasi.

“Kemampuan berliterasi berfungsi sangat mendasar bagi kehidupan modern” – demikian penegasan Koichiro Matsuura, Direktur Umum UNESCO Tahun 1999 – 2005. Lebih lanjut ia mengatakan, “Berliterasi adalah langkah pertama yang sangat berarti untuk membangun kehidupan yang lebih baik.  Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Klaus Martin Schwab – ekonom Jerman yang mendirikan World Economic Forum (Forum Ekonomi Dunia) yang mendeklarasikan bahwa kegiatan literasi wajib diajarkan pada anak didik sejak dini agar mereka bisa meraih kemajuan dan keberhasilan. Karena di dalam literasi mengandung makna praktik dan hubungan sosial yang berkaitan dengan bahasa, pengetahuan dan budaya termasuk pendidikan budi pekerti. Maka dari itu, dalam kegiatan berliterasi selain anak didik dilatih membaca dengan pemahaman bersumber dari bacaan bermutu dan  dilatih terampil menulis yang dilandasi creative thinking (berpikir kreatif)  dan critical thinking (berpikir kritis) juga dilatih bisa berbicara (public speaking). Penguasaan bahasa yang jadi modal utamanya.

World Ecomic Forum yang didirikan Klaus Martin Schwab, pada tahun 2015 mencanangkan bahwa gerakan literasi yang utuh tidak hanya untuk bidang membaca dan menulis, melainkan secara total mencakup literasi numerasi (kemampuan mengaplikasi bilangan, menghitung, simbol-simbol dan grafik), literasi sains (kecakapan ilmiah), literasi digital (ketrampilan teknis mengakses, merangkai, memahami dan menyebarluaskan informasi berjearing), literasi finansial (kecakapan mengaplikasi pemahaman tentang nilai untung-rugi/risiko di bidang  keuangan untuk pribadi maupun masyarakat)  dan literasi budaya dan kewargaan (kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan negerinya sebagai identitas bangsa dan memahami hak serta kewajibannya sebagai warga negara).

Untuk mewujudkan pelaksanaan gerakan literasi agar membuahkan hasil yang bernas perlu didukung tersedianya fasilitas yang memadai: perpustakaan, piranti teknologi canggih antara lain komputer sesuai dengan perkembangannya, kemudahan akses dengan berbagai media melalui jaringan internet dan peralatan untuk memproduksi karya kreatif visual (foto, animasi, film dan pentas seni/gelar budaya). Berbagai fasilitas yang telah disebut, pengadaannya bisa berkolaborasi dengan berbagai lembaga pendidikan, berbagai yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, kesenian/budaya,  individu (para pakar) dan orangtua anak didik serta peran masyarakat. Melalui program workshop, training dan tukar pengalaman (sharing) bisa menyuburkan tumbuhnya minat anak didik  berliterasi.

Demikian catatan kecil dari saya, semoga bisa memperkaya buku Panggilan Literasi, Dampingi Anak Didik Berprestasi karya Kepala Sekolah SMA Don Bosco 2 Jakarta, Ibu L. Asri Indah Nursanti. Selamat atas terbitnya karya Ibu. Terus berkarya, jangan lelah apalagi menyerah.

 

Gubug Hijau Rayakultura –  Sentul City Bogor, Awal Januari 2019

Diterbitkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close

Error: Contact form not found.