Martabak Encek 77 Tahun Hok Lo Pan Legit di Mulut, Harum di Dompet

Anda suka menyantap martabak? Martabak manis atau martabak telur? Keduanya punya penggemar masing-masing. Di Bogor, tepatnya di Gang Aut bagian dari kawasan kuliner di Jalan Suryakencana ada martabak manis yang tersohor dikenal dengan sebutan martabak encek.

“Kalau mau makan martabak encek, ya harus sabar ngantre!” demikian komentar  berbagai pihak yang pernah berburu martabak legit itu. Komentar tersebut bisa dipahami karena pembeli martabak encek bak semut mengerubungi gula alias berdesakan dan rela mengantre panjang.

Mengapa sampai demikian? Karena martabak encek memang punya cita-rasa berbeda dibandingkan dengan rasa martabak manis pada umumya. Selain teksturnya lembut dan tidak bau soda, aromanya harum alami karena dimasak dengan anglo arang. Topingnya melimpah, terdiri dari coklat dan keju yang dialasi lumernya mentega lezat berkualitas.

Tapi bagis Penulis, yang lebih menarik adalah penjualnya: Si Encek asal Bangka, berusia 77 tahun. Acoy, nama aslinya. Lelaki yang berusia di ambang kepala delapan tersebut masih begitu gagah dan kuat berdiri hampir tujuh jam berhari, kala melayani pembelinya yang menyemut

Hok Lo Pan  Berusia Hampir Setengah Abad

“Saya berjualan martabak sejak usia tiga puluh tahun,” tutur Acoy sambil  mengaduk-aduk adonan martabak yang digelutinya selama 47 tahun tanpa jeda. Makanya ia begitu ahli dalam mengolahnya. Ia mengaku belajar membuat martabak dari leluhurnya yang asal Bangka. Ia bersama orangtuanya merantau ke Bogor sejak usia Balita. Meskipun demikian logat bicaranya  kental  ‘Khek Bangka’.

Martabat Bangka memang terkenal lezatnya. Nama aslinya Hok Lo Pan yang artinya Kue Orang Hokkianyang dibuat dari bahan gandum dicampur dibubuhi gulapasir sedikit tapi topingnya legit karena campuran dari wijen, keju, coklat dan susu kental manis. Hok Lo Pan lalu dikenal dengan sebutan martabak manis dan di Yogyakarta dikenak sebagai kue terang bulan. Di Bogor Hok Lo Pan identic dengan penjualnya yaitu Encek Acoy yang kemudian disingkat Martabak Encek  tanpa ‘Acoy’.

Acoy alias Encek tipe lelaki yang tidak banyak bicara tapi murah senyum. Pembawaannya yang tenang membuat wajahnya selalu berseri-seri. Sangat mungkin ini yang membuatnya tidak tampak loyo walau memasuki usia kepala delapan. Tubuhnya masih gagah, geraknya gesit dan tangannya sangat lincah kala membuat Hok Lo Pan. Tanpa kata itu sosoknya berekspresi bahwa ia bekerja dengan sepenuh hati. Maka pekerjaannya pun menghidupnya bersama keluarganya. Dengan dibantu oleh anak bungsungnya setiap hari ia berjualan dari tengah hari pukul 13.00 hingga menjelang senja. Dia bisa menjual sekitar 70 loyang martabak pada hari biasa dan hari libur bisa mencapai 100 loyang lebih. Harga martabaknya antara Rp 50.000,00 – Rp 65.000,00. Bisa kita hitung, berapa omzetnya? Dompet keuntungannya sungguh besar dan membuat dompetnya senantiasa harum. Tapi Encek tak mau menyebut berapa jumlah penghasilannya per hari, yang ditebusnya dengan berdiri hampir tujuh jam per hari.


Encek Acoy in Action

Dari Lapak Kaki Lima  ke Dapur Dewa

“Martabak Encek bikin lidah ketagihan.” Komentar seorang pembeli yang mengaku bahwa keluarganya telah puluhan tahun menjadi pelangggan setia Acoy.  Baginya, harus mengantri untuk mendapatkan martabak legit itu tak menjadi masalah. Yang penting bisa membawa pulang camilan kesukaan keluarganya.

Encek Acoy memang punya banyak langganan, sejak masih berjualan di lapak kaki lima di perempatan Jalan  Suryakencana menuju Gang Aut. Akhir tahun 2018 ia pindah lokasi berjualan yaitu mengontrak tempat yang tak jauh dari tempat mangkal lapaknya puluhan tahun di kaki lima. Katanya, ia mengontrak Rp 50 juta per tahun. Tempatnya bersih, tungkunya dipasang di depan pintu dialasi meja panjang yang mirip altar untuk pemujaan Dewa Dapur. Maka layaklah jika disebut sebagai Dapur Dewa. Di tempat ini Encek Acoy mengolah martabaknya bak melakukan ritual, sehingga membuatnya tak merasa lelah dan tubuhnya pegal-pegal walau berdiri berjam-jam lamanya.

“Saya tidak minum obat-obatan Cina tapi minum kalsium.” Tutur Encek Acoy, menyebut merk kalsium yang dikonsumsinya.

“Makan apa saja kok tampak sehat sekali?” tanya Penulis.

“Gak ada makanan istimewa,” sahut Encek Acoy, “Saya makan makanan biasa. Tapi hati selalu senang.” Sambungnya, sambil tersenyum. Yang membuatnya senang adalah, “Saya kerja pilihan saya. Gak mau ganti-ganti sejak dulu. Ya jualan martabak aja.” Tegasnya.

Selain menyukai pekerjaannya, yang membuat Encek Acoy bahagia adalah, ia selalu merasa berkecukupan berapa pun penghasilannya. “Abis kerja ya istirahat.” Demikian dinamika aktivitasnya. Anak-anaknya yang berbelanja bahan-bahan untuk berjualan. Pembagian tugas yang pas! (Naskah dan Foto/Video  Naning Pranoto)

Diterbitkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close

Error: Contact form not found.