Penulis: Lily
Saya pindah dari Indonesia ke Belanda tahun 2004, kala itu berumur 47 tahun. Saya mulai bekerja tahun 2007, sebagai thuiszorg (keperawatan). Thuiszorg terdiri perawatan orang tua/sakit (formal) dan perawatan rumah tangga (nonformal). Saya pilih perawatan rumah tangga bagi warior dan juga orang yang sedang sakit atau penyandang disable, karena saya tidak mempunyai ijazah perawat.
Mudah Mencari Pekerjaan Nonformal
Penempatan saya bekerja sebagai thuiszorg atas instruksi kantor di mana saya bekerja yang ditunjuk oleh pemerintah setempat serta rekomendasi rumah sakit. Para warior yang mendapat disubsidi dari pemerintah memang dianjurkan tinggal selama mungkin di rumah mereka sendiri, karena subsidi yang di berikan kepada manula yang tinggal rumah jompo lebih besar biayanya dari pada mereka tinggal dirumah sendiri.
Oiya, di Belanda relatif mudah untuk mendapatkan pekerjaan nonformal, antara lain bekerja di toko, restoran maupun di pabrik. Syaratnya, usia produktif, sehat, punya kemauan dan lulus interview. Di Belanda usia produktif itu 18 tahun hingga 67 tahun. Pada waktu saya mulai bekerja sebagai thuiszorg umur saya sudah hampir 50 tahun. Sebelum bekerja sebagai perawat nonformal saya bekerja di pabrik bagian packing alat-alat import/export dari Jerman. Tapi tidak berlangsung lama, saya hanya kuat bekerja selama tiga hari. Bagi saya fisik tidak masalah, tapi mental saya tidak kuat. Mengapa? Karena menghadapi collega’s yang niveau-nya tidak sejajar dengan saya, bisa membuat mental breakdown.
Bagi saya bekerja sebagai perawat warior lebih banyak positifnya, dibandingkan negatifnya. Paling tidak ada pembelajaran yang bisa saya ambil, yang bisa saya terapkan kelak kala saya jadi jompo. Maka saya bekerja dengan hati. Warior yang saya rawat merasa senang dan puas. Di antara mereka ada yang selalu muji-muji, merindukan kedatangan saya. Hal itu diceritakan kepada anaknya. Perlu diketahui, manula mempunyai kebiasaan mengulang-ulang perkataan dari segala sesuatu yang berkesan di pikirannya. Ini mengakibatkan kecemburuan social dan kecurigaan di antara anak-anaknya. Keadaan tersebut membuat saya merasa tidak enak. Saya perlu menyakinkan mereka bahwa saya profesional, bukan ‘menjilat’ untuk mendapat harta/uang orangtua mereka.
Menghadapi warior pria yang hidup sendiri, kami harus tahu – istrinya meninggal atau bercerai. Karena di antara warior pria ada yang mencoba hal-hal yang tidak senonoh terhadap kami. Maka kami harus mengingatkan agar ia tidak berbuat asusila. Jika nekad harus dilaporkan ke kantor kami dan konsekwensinya ia tidak akan mendapat bantuan lagi. Warior pria umur 75 – 80 tahun masih ingin berhubungan sex. Jadi saya harus waspada dan jaga jarak dengan manula seperti itu.
Kiat Menyalakan Spirit Hidup
Kehidupan saya di Belanda memang perlu adaptasi. Masing-masing orang menghadapi perubahan hidup yang drastis tidaklah sama. Tidak sedikit orang yang stress menghadapinya. Saya menghadapinya dengan lapang dada. Hampir 25 tahun saya sudah berkerja di beberapa perusahaan asing di Jakarta. Jenjang karir saya mulai dari menjadi stewardess, secretary sampai manager, dari gaji rupiah sampai dollar sudah saya rasakan. Karena satu dan lain hal terpaksa saya harus meninggalkan Tanah Air.
Sejak pertama kali saya memutuskan untuk migrasi keluar negeri, saya sudah tekadkan hati untuk menerima semua perubahan dan berbedaan yang akan terjadi dalam kehidupan saya. Dengan banyak berdoa dan memohon petunjuk Tuhan dan tawakal akhirnya saya bisa menerima keadaan. Spirit hidup saya pun makin menyala. Bagi saya pekerjaan merawat orang tua adalah suatu pekerjaan yang sangat mulia, yang belum pernah saya lakukan sewaktu saya tinggal di Indonesia. Bahkan kepada ibu saya sendiri belum pernah sekalipun saya merawatnya karena ada pembantu yang mengurusnya.
Mungkin ada orang beranggapan bahwa pekerjaan merawat warior itu rentan dan menjijikan. Tapi bagi saya tidak demikian. Pekerjaan ini justru berbagi cinta kasih dan perhatian, membuat kesenangan bathin tersendiri untuk saya. Maka saya perlakukan client saya seperti orangtua sendiri. Client menghargai saya dengan kata-kata manis, senyuman dan mata berbinar ketika mereka membukakan pintu untuk menyambut kedatangan saya. Dari sinar mata mereka saya melihat ibu saya.
Dilarang Jatuh Hati
Kami bekerja sesuai dengan Zorgmap (buku tugas). Pada dasarnya kami mempunyai urutan pekerjaan yang telah ditentukan oleh kantor. Tidak semua client mendapat perawat rumah yang sama. Sebelum client mendapat bantuan, ia diwawancara dan disurvey terlebih dahulu oleh petugas yang diutus pemerintah. Bantuan yang akan didapat sesuai dengan kondisi kesehatan dan besar kecilnya rumah mereka. Sebagai contoh, client penyandang disable mendapat pelayanan yang lebih banyak dibandingkan dengan client yang masih bisa mobilisasi. Begitu pula dengan manula, bagi yang sudah tidak bisa urus diri sendiri akan mendapatkan bantuan lebih banyak daripada manula yang masih bisa mandiri.
Tugas dasar kami adalah membersihkan kamar mandi/wc, ganti sprei tempat tidur dan vacuum lantai. Sedangkan pekerjaan extra biasanya untuk orang yang disable seperti mencuci pakaian, tetapi tidak sulit, mereka mempunyai mesin cuci baju automatis dan pengering pakaian, sedangkan untuk mencuci alat dapur/piring tinggal dimasukkan kedalam dishwasser, jadi mesin yang bekerja kami hanya memasukkannya kedalam mesin. Setelah selesai bekerja kami istirahat minum kopi bersama client sambil membicarakan kejadian disekeliling kami.a. Waktu seperti ini yang mereka rindukan, karena manula di Belanda tinggal di rumah sendiri tidak bersama anaknya. Mereka sangat kesepian.
Saya jatuh hati kepada semua warior yang saya urus. Walaupun kami telah diberi penyuluhan dari kantor pusat bahwa kami bekerja hanya dengan tenaga tidak boleh dengan hati. Karena, dikhawatirkan para client akan memanfaatkan untuk meminta pertolongan diluar jam kerja, itu tidak di perbolehkan sama sekali. Misalnya client minta tolong ditemani ke supermarket atau ketempat lainnya, itu tidak boleh. Pekerjaan seperti itu ada orang khusus yang diutus oleh Gemeente, biasanya mereka pekerja sosial khusus pengantar manula berkegiatan di luar rumah. Biaya yang dikeluarkan oleh pekerja social itu dari subsidi pemerintah.
Perhatian saya extra kepada mereka waktu berulang tahun. Saya bawa karangan bunga kecil untuk client yang sedang berulang tahun. Sebaliknya apabila saya ulang tahun, mereka juga memberikan hadiah kecil untuk saya seperti coklat Mercy atau kartu ucapan. Bagi orang Belanda hari ulang tahun adalah hari besar. Mereka sangat bersyukur dengan diberinya pertambahan umur.
Cerita yang Menimbulkan Curiga
Kami mempunyai buku panduan cara bekerja dengan baik dan benar. Buku tersebut dikeluarkan oleh instansi pemerintah di bidang Perawatan dan Kesejahteraan. Ada juga kursus yang harus kami ikuti. Pengetahuan yang kami dapat termasuk bagaimana menghadapi client yang menderita suatu penyakit, bahaya radiasi bagi orang yang baru dichemo, dementia dan lain sebaginya. Juga diajarkan bagaimana posisi tubuh yang baik sewaktu bekerja agar tidak mengakibatkan sakit tangan atau pinggang dan lain sebagainya. Apabila menghadapi situasi yang emergency dan kami butuh bantuan dari kantor pusat, kami bisa langsung telefon zorglijn ke kantor pusat.
Banyak sekali kekayaan batin yang saya dapatkan dari pekerjaan menolong warior maupun penyandang disable. Untuk menghadapi mereka kami harus bersabar, dengarkan pembicaraan mereka sampai selesai, jangan potong pembicaraan dia, jangan bosan mendengarkan cerita jaman dahulu yang diulang-ulang terus, karena itulah sifat manula. Karena kalau kita potong pembicaraan mereka, mereka akan merasa tidak berguna dan tidak dihargai. Saya juga bisa mengenal beberapa penyakit yang biasa diderita oleh warior. Tapi sayang sekali saya tidak bisa menerapkan apa yang saya dapatkan dari pengalaman tersebut kepada orangtua sendiri karena mereka sudah tidak ada.
Hikmah yang saya dapat dari pekerjaan tersebut adalah bagaimana saya menghadapi masa tua nanti? Jawabannya, tidak usah panik karena semua orang akan menjadi tua, tetapi bagaimana kita menyongsong hari tua kita? Apakah kita sudah siap menjadi tua ? Pepatah orang tua di Belanda mengatakan: menjadi tua itu baik, tetapi tua tidak baik. Karena sewaktu masih muda pasti mengharapkan berumur panjang dan akan menjadi tua, tetapi setelah tua baru merasakan tidak enaknya menjadi tua karena mobilitas berkurang, daya fikir berkurang, menderita rematik, tekanan darah tinggi dsb. Merasa tidak ada harganya lagi, sendiri dan kesepian.
Mewujudkan Manula Bahagia
Faktor dasar yang perlu diperhatikan untuk mengurangi problematik yang biasa dialami manula adalah :
– Makanan – asupan protein harus cukup, calcium, sayuran, ikan, buah, olive oil, puur chocola, curcuma dll
– Sport/olah raga – untuk mengurangi sarcopenia – otot yang melemah dan mengecil obalah rutin olah raga di tempat kebugaran khusus untuk orang tua. Dapat juga dengan berjalan kaki agar dapat melemaskan otot yang kaku serta menjaga keseimbangan tubuh.
– Terus belajar – maksudnya pergunakan otak sebanyak mungkin seperti puzzle (isi TTS-teka-teki silang) baca buku, main kartu bridge, dll.
– Social life – bertemu dengan kawan lama, pergi minum kopi bersama teman sambil ngobrol masalah lalu, kunjungi bibliotheek/library/meseum.
Dalam tulisan ini saya akan membandingkan kehidupan manula di Indonesia dan di Belanda. Ini semata sebagai acuan saja. Di Indonesia manula umur 70-75 sudah merasa tua, di Belanda mereka tidak mau di bilang tua, karena tua tidak ada batas umur. Client saya yang termuda berumur 75 tahun dan yang tertua berumur 97 tahun. Mereka masih memakai bedak dan lipstic, terlihat selalu gembira, seminggu sekali ke indoor swimmingpool untuk senam air. Yang berumur 75 tahun masih bersepeda dan yang umur 97 tahun masih setiap hari berjalan sendiri tanpa pengawal/pengasuh ke supermarket atau toko bunga dekat rumah dengan alat bantu rollator agar tidak jatuh. Mereka masih makan daging, ice cream, makan-makanan enak lainnya. Masih bisa membaca buku tebal. Memakai bikini atau zwempak apabila di kolam renang atau di pantai. Daya tangkap mereka berdua masih baik sekali. Tapi ada juga client saya yang berumur 80 tahun. Dia tidak mau keluar rumah, tidak ada kegiatan apa-apa, tidak suka membaca atau isi TTS, makanan dikirim oleh catering special orang tua. Dia selalu mengeluh, pelupa, bicara diulang-ulang. Selalu murung. Di sini saya menilai bahwa faktor makanan, olahraga, mengasah otak, social life sangatlah penting bagi manula.
Contoh lain membuat orangtua merasa diperhatikan. Yaitu kadang anak-anaknya setiap weekend mengajak orangtuanya jalan-jalan ke restaurant atau ke mall, tanpa pernah bertanya ke orangtua mereka, bapak-ibu weekend nanti mau apa atau mau kemana ? Tujuan mereka selalu mall, untuk apa manula ke mall? Mereka sudah tidak perlu lagi belanja beli sepatu Prada, tas Louis Vuitton misalnya. Cobalah, ajak mereka ke museum atau minum kopi di kebun raya sambal jalan-jalan dan menghirup udara segar. Atau ajak orangtua berkunjung ke tempat-tempat nostalgia mereka yang dulu membuatnya terkesan. Memanjakan orang tua dengan memasak makanan kesukaannya, bukan orangtua yang memasak makanan untuk anaknya, dengan ini orangtua akan merasa bangga dan diperhatikan.
Dipasung ‘Budaya Malu’ dan Kisah Bikini
Budaya malu : Warior di Indonesia masih mempunyai budaya malu. Misalnya, malu minum kopi sendiri di café, malu memakai rollator atau scootmobiel, malu memakai pampers/panty liners khusus untuk urine. Pada waktu saya masih tinggal di Jakarta, hampir tidak pernah melihat warior yang berjalan baik itu di mall atau di pasar dengan rollator atau scootmobiel (scooter dengan 3 atau 4 ban) dengan motor penggerak battery adapula scootmobiel yang bisa dilipat dan dimasukkan kedalam bagasi mobil. Alat bantu ini baik sekali bagi manula untuk lebih banyak melakukan aktifitas di luar rumah. Misalnya di kolam renang atau di pantai hampir tidak pernah saya melihat nenek-nenek (manula) duduk dengan pakaian renang dipinggir kolam atau di pantai. Kenapa seperti itu? Menurut saya kebebasan mereka terbelenggu dengan kata-kata: ah malu saya sudah tua, ah saya sudah tidak pantas lagi seperti itu… Tidak! Seharusnya mereka tidak perlu malu, kebebasan adalah salah satu faktor yang membuat kita merasa berharga, kebebasan pula yang membuat spirit untuk hidup lebih lama dan tidak tergantung dengan umur dan menunggu sampai penyakit dan ajal datang.
Masalah pampers atau pantyliner khusus urine. Ibu saya dulu mempunyai celana dalam banyak sekali. Karena setiap hari ia berganti celana dalam sampai 7 (tujuh) kali. Pernah saya bertanya, “Kenapa ibu selalu ganti celana dalam?” Jawabnya, celananya selalu basah, akibat beser. Karena pada waktu itu pengetahuan saya mengenai manula tidak ada, maka saya pikir keadaan ibu saya itu adalah hal biasa yang dialami orang tua, jadi saya tidak berbuat apa-apa untuk membantu ibu saya. Setelah saya tahu sekarang itu semua diakibatkan karena Urinary Incontinence. Apabila masih dini bisa diatasi dengan cara melatih otot dasar panggul, untuk lebih jelasnya pergi ke dokter dan akan diberi penjelasan oleh dokter bagaimana cara latihan untuk menguatkan otot dasar panggul tersebut. Atau kalau sudah tidak bisa ditanggulangi lagi bisa pakai pampers pants/pad atau pantyliner khusus untuk urine. Kasihan orang tua harus ganti dan mencuci celana dalam terus.
Imbalan Kerja yang Memuaskan
Bicara soal imbalan kerja, sangat memuaskan. Kami bekerja mendapat imbalan sesuai dengan yang di tentukan oleh pemerintah. Gaji dihitung per jam, dibayarkan per 4 (empat) mingguan dan kami mendapatkan uang vakantie di bulan Mei (kalau di Indonesia uang THR).
Hanya dengan bekerja 2 (dua) atau 3 (tiga) jam perhari dalam setahun sudah bisa mendapatkan uang vakansi cukup untuk membeli ticket pesawat Amsterdam – Jakarta – Amsterdam. Untuk diketahui saya tidak dibayar oleh clients, tetapi saya dibayar oleh pemerintah melalui perusahaan yang me-recruit saya.
Pada saat libur kerja, saya istirahat di rumah, baca buku atau jalan-jalan. Kalau liburan panjang saya ke luar negeri. Pemerintah Belanda mengatur kesejahteraan warganya dengan sangat baik. Semua orang baik yang masih bekerja maupun yang sudah tidak bekerja dan pensiun diberikan uang vakantie besarnya tergantung dengan pendapatan orang tersebut.
Tujuan pemerintah adalah pada waktu masa vakantie (libur) diharapkan semua orang dari segala lapisan masyarakat dapat merasakan liburan seperti yang lainnya. Mengapa uang vakantie jatuhnya pada bulan Mei ? karena pada bulan mei semua sekolah libur dan pemerintah menyamakannya dengan para orang tua agar mereka bisa berlibur bersama keluarga. Masa liburan lebih banyak saya pergunakan dengan jalan-jalan ke luar negeri. Misalnya ke Jakarta menengok saudara, pergi ke negara tetangga atau melihat kota-kota lain di dalam negeri dengan mengunakan kereta api. Liburan yang paling saya sukai adalah ziarah selain melihat-lihat negara yang saya kunjungi sekalian bisa khusuk berdoa di tempat ziarah tersebut.*
Lily, asal Jakarta. Perempuan yang kini memasuki usia 62 tahun dan pernah menduduki jabatan sebagai manager di sebuah perusahaan telekomunikasi Jerman ini, kini menetap di Belanda. Baginya menjadi perawat warior nonformal sebagai wujud berbagi perhatian dan kasih sayang untuk sesama. Kini sudah pensiun.