Penulis: Ayda Idaa
Hong Kong merupakan negara ke 9 yang memiliki jumlah anak autis terbanyak di dunia – demikian laporan Lembaga Penelitian Libgar pada bulan Januari 2018. Maka tak heran apabila Negeri Beton tersebut memerlukan tenaga perawat untuk anak-anak istimewa tersebut. Artikel berikut merupakan catatan pengalaman Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja sebagai perawat anak autis dan juga menyandang ADHD, di Hong Kong. ADHD adalah gangguan konsentrasi atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder, kelainan mental yang dapat membuat penderitanya menjadi sangat impulsif atau hiperaktif serta kesulitan untuk memusatkan perhatinnya pada suatu hal. Tapi, bukan berarti mereka ini tidak bisa menempuh pendidikan seperti anak-anak normal. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Silakan baca pengalaman Ayda Idaa yang tersaji berikut ini.
Pengalaman sebagai PMI Hong Kong, dari kontrak kedua – mempertemukan saya dengan momongan seorang anak penyandang ADHD dan sekaligus autisme. Kasus ini memang jarang terjadi karena pada umumnya hanya autisme atau ADHD saja. Saya merawatnya sejak momongan saya berusia lima tahun hingga sekarang ia bersia 15 tahun. Juju, nama anak itu.
Pada awal tahun saya bekerja tentunya sangat berat menyesuaikan diri dengan tugas saya. Apalagi saya tidak memiliki pengalaman merawat anak-anak. Sering kali ketika saya mengantar sekolah Juju tiba-tiba “ngamuk” di tengah penyebrangan jalan, guling-guling atau memukul diri sendiri adalah yang saya hadapi setiap hari. Bahkan tidak jarang mencoba bunuh diri beberapa kali, antara lain: ingin loncat dari jendela dan mengambil pisau.
Perilaku Juju memang tidak bisa berdiam diri walau sejenak. Ia selalu aktif, mondar mandir. Anehnya ia akan kesulitan jika diajak berolahraga. Tingkat konsentrasinya gampang sekali teralihkan. Tidak bisa fokus belajar, kesulitan menyampaikan ide atau berbicara dengan kalimat yang baik. Ia akan menyampaikan secara melompat-lompat, tidak runtut. Suka menyakiti diri sendiri seperti menggigit tangannya, membenturkan kepala ke tembok, menampar muka, menjambak rambutnya sendiri. Kami (orang-orang sekitar Juju) tidak bisa melarangnya, tetapi hanya bisa mengarahkan secara halus.
Tingkat autisme yang dialami Juju memang belum tergolong parah sekali tetapi dengan kombinasi ADHD sudah sangat merepotkan. Terapi demi terapi pun dilaksankan. Mulai dari fisioterapi, terapi wicara, terapi perilaku oleh psikolog, terapi RDI (Relationship Developmental Intervention), terapi musik dan beberapa terapi lainnya. Namun sekarang hanya memerlukan terapi dari psikiater yang dilakukan pada akhir pekan.
Hal lain yang sangat penting untuk saya perhatikan adalah makanan. Ada beberapa makanan yang tidak boleh dikonsumsinya secara berlebihan seperti gandum, coklat, gula, telur, susu, penyedap rasa, minuman bersoda dan beberapa lainnya. Saya mencatat semuanya termasuk alergi (daftar alergi yang dimilikinya), jadwal minum obat, suplemen dan vitamin, semuanya itu menjadi hafalan wajib.
Merawat Juju memang bukan hal gampang apalagi dengan kondisi orangtuanya yang sering ke luar negeri. Saya berperan menggantikan orangtuanya dalam merawat Juju. Tentu saja, bukan sekadar memberi makan dan minum saja.Tapi juga mengendalikan perilakunya, sekolahnya, hingga mendampingi dan membimbingnya mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR). Kami selalu bersama-sama.
Untuk melancarkan tugas-tugas saya, orangtua Juju, ya majikan saya, memberi saya bermacam-macam buku untuk merawat Juju. Antara lain buku resep diet untuk Juju, buku psikologi hingga workshop parenting untuk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Saya juga pernah mengikuti kelas psikologi secara khusus bersama majikan saya.
ADHD dan autisme mungkin tidak bisa disembuhkan tetapi bukan tidak mungkin anak-anak ini bisa berkembang. Momongan saya sekarang belajar di kelas III tingkat SMP sekolah umum kelas internasional, sama halnya anak-anak normal lainnya. Juju tidak kalah bersaing, pada bidang matematika, science, bahasa Inggris dan IT menunjukkan prestasi yang sangat baik. Bahkan mengagumkan. Betapa tidak?
Beberapa kali Juju memenangkan olimpiade matematika, lomba pidato bahasa Inggris dan IT. Juju sangat suka bermain game. Hal itu mendorongnya membuat aplikasi game sendiri meskipun masih sederhana. Pada hari-hari tertentu Juju ikut sebuah kegiatan bernama community service yang diadakan oleh sekolah, yaitu berkunjung ke panti jompo. Mereka membantu para warga senior (Warior) di sana, mulai dari mengajak bermain atau membantu melakukan kegiatan lain/pelayanan.
Merawat Juju adalah sebuah pengalaman sangat berharga bagi saya yang tidak bisa diungkap dengan sekadar kata. Bagi saya dia bukan anak berkebutuhan khusus, tetapi anak berkeahlian khusus.*
Siapakah Ayda Idaa?

Ayda Idaa adalah nama pena dari Idawati atau yang lebih akrab dipanggil Idul. Lahir dan besar di Kediri pada tahun 1986 dari pasangan Misno dan Sutini. Anak pertama dari enam bersaudara ini sudah mulai belajar menulis di majalah dinding sejak di SD Negeri Manggis 2, Pare Jawa Timur. Melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Puncu dan SMA Negeri 1 Pare. Sejak di bangku SMA telah aktif berkegiatan teater hingga sekarang. Tahun 2008 memutuskan bekerja menjadi TKW ke Hong Kong.
Saat ini selain bekerja mengasuh anak-anak ia juga aktif dalam kegiatan di komunitas Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ada di Hong Kong. Di antaranya Forum Lingkar Pena Hong Kong, Komunitas Teater Matahari (KoTeMa) dan Komunitas Fotografi As2in1 (Kopipanas 2in1).
Perempuan yang hobi memasak dan travelling ini tercatat sebagai mahasiswi Universitas Terbuka jurusan Ilmu Komunikasi semester akhir. Pernah menjadi kontributor Koran Berita Indonesia selama setahun. Saat ini memutuskan menjadi penulis lepas. Pecinta seni lukis ini lebih tertarik menulis naskah drama. Karyanya antara lain Prahara Rosminah, Presiden Semut, Negeri Ambarawa, Mimpi Juleha, Nasionalisme Tanpa Identitas, Pelacur Surga, Tangis Darah Palestina, Emak Wonder Woman, Monolog AKU, Pembuktian Terbalik “Saya Asli Pribumi“, Monolog Tunggang Menunggang dan Janin.
Ayda Idaa bisa dihubungi melalui fb Ayda Idaa atau email : aydaidaa@gmail.com