Kembali ke Alam
Wawancara dengan: Dr. dr. Arman Yurisaldi Saleh, MS. Sp.S
Aman ita ut fax, agitando ardescit magis
Orang yang sedang mencintai itu bagaikan sebuah obor, ia makin bernyala karena bergerak.
(Publius Syrus, Penulis Lelucon dari Roma, 85 – 43 SM)
Publius Syrus bicara tentang cinta, yaitu mencintai kehidupan. Lelaki cerdas dan jenaka yang pernah menjadi budak itu menegaskan, siapa pun yang mencintai kehidupan tampak senantiasa gembira. Kegembiraan membuat seseorang jauh dari penyakit dan awet muda serta menebar energi positif bagi orang-orang sekitarnya.
Menurut seorang dokter ahli saraf, Dr. dr. Arman Yurisaldi Saleh, MS, Sp.S, seseorang mampu bergembira apabila ia memahami kecerdasan yang ada di dalam dirinya. Kecerdasan yang dimaksud ada sembilan yaitu: kecerdasan logika matematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan linguistik atau bahasa, kecerdasan naturalistik, kecersasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musical dan kecerdasan eksistensial dikaitkan pakar dengan kecerdasan spiritual (masih hipotesis).
“Dari banyak tipe kecerdasan di atas saya memiliki kecerdasan naturalistik yaitu suka kepada alam, tumbuhan dan hewan.” Tuturnya. Maka ia pun berkebun sambil menikmati alam indah di kaki Gunung Salak, memelihara beberapa kucing ras dan suka berkebun.
“Karena dengan berkebun akan memunculkan endorfin di otak yaitu hormon gembira, dan saat berkebun maka saya banyak bergerak. Jadi untuk banyak bergerak saya manfaatkan tipe kecerdasan yang saya miliki, sehingga bergerak dengan gembira!” sambungnya dengan ceria.
Selanjutnya, dokter ahli saraf yang berdarah biru Kasunanan Surakarta itu menjelaskan, “Dengan munculnya hormon endorfin tubuh menjadi rileks. Relaksasi diperlukan agar kedua belahan otak bekerja dengan optimal. Otak kiri saya gunakan saat praktek dokter spesialis dan berkomunikasi yang komunikatif degan pasien karena otak kiri adalah pusat kemampuan logika dan bahasa. Sementara otak kanan adalah otak kreativitas, saya perlukan untuk berkreasi dalam menyusun penelitian ilmiah dalam aktivitas meneliti sebagai dosen Ilmu Penyakit Saraf Fakultas kedokteran Negeri UPN Veteran Jakarta. Kreativitas juga saya perlukan untuk menulis buku-buku ilmiah populer saraf dan juga buku sastra seperti novel dan puisi.” Tegasnya.
Untuk menjaga agar hormon endorfinnya tetap bermunculan setiap saat, maka dalam berkebun ia mengutamakan menanam aneka jenis bunga aromatik yang menghiasi vila-vilanya bergaya Eropa berdiri anggun di kaki Gunung Salak Bogor. Kebunnya yang asri dilengkapi dengan kolam renang, penangkaran lebah madu, dihiasi berbagai patung antara lain patung Budha, patung Dewi Uang, patung kucing, tungku perapian bergaya klasik dan sangkar raksasa, ia namai Aromatic Garden Camp. Sesuai dengan namanya, halaman di sekitar vila-vilanya memang terasa harum.
“Aroma yang harum merangsang ke otak secara langsung. Dari organ penghidu, aroma ditangkap ujung ujung saraf Olfactorius dan diteruskan ke bagian atas yaitu limbic system.” Jelas dokter ahli saraf yang telah menulis 22 judul buku ilmiah saraf, tiga judul novel dan puluhan judul puisi yang sangat puitis cocok sekali untuk menerapi jiwa-jiwa yang luka.
“Limbik sistem adalah pusat emosi. Aroma sudah terbukti memengaruhi emosi manusia. Dengan aroma yang membuat rileks dan bersamaan dengan itu, endorfin hormon gembira muncul akan terjadi sinergi pengoptimalan fungsi otak. Otak akan lebih tajam dan kreatif. Sehingga kebun yang saya buat berkonsep, Calming-Rejoicing-Inspiring. Ya, inspiring, saya berharap pengunjung kebun saya akan lebih sehat dan kreatif dengan ide-ide segar.” Pungkasnya dengan suara gembira, ciri khas kepribadiannya.*