Catatan Pesona Budaya: Dari Labuan Bajo dan Keindahan Menginap di Kapal

Penulis: L. Asri Indah Nursanti


Minggu sampai dengan Rabu, 5-8 Mei 2019, kami para Kepala Sekolah se Keuskupan Agung Jakarta mengadakan kunjungan sekolah ke Labuan Bajo. Pesertanya sebanyak 40 orang yang terdiri dari Kepala Sekolah SMA dan SMK di Wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Tangerang, dan Bekasi.

Minggu, 5 Mei 2019, setelah sampai Labuan Bajo, kami langsung menuju ke Seminari Menengah Santo Yohanes Paulus II- Jalan Van Bekkum No 2 Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng. Meskipun hari Minggu, anak-anak seminari tetap masuk. Mereka sedang mengadakan diskusi ilmiah. Hal yang menarik semangat belajar mereka sangat tinggi dan mau maju. Mereka tinggal di asrama seminari tersebut. Setelah dari Seminari, kami menuju ke SMA K St. Ignatius Loyola yang letaknya berdekatan dengan Seminari tersebut.

Selanjutnya, kami berkunjung ke SMK Stellla Maris Labuan Bajo sekaligus ke SMPK St. Ignatius. Kunjungan di sekolah ini sangat menarik. Kami diterima dengan Upacara Adat dan Tarian Budaya Manggarai, Flores. Awal memasuki sekolah, kami dikalungi selendang khas Manggarai dan disambut dengan musik tradisional yang merdu. Setelah kami duduk, Romo Markus sebagai ketua Tim Kerja SMA MPK KAJ bersama Romo Eduard Ratu Dopo sebagai ketua rombongan menuju podium dan menerima penyambutan dengan diberi air tuak dalam wadah yang sangat besar dan menerima ayam dari Romo Edigus Menori, Pr sebagai Ketua Yayasan Keuskupan Ruteng.

Disambut dengan pengalungan selendang khas Manggarai

Asyik: Menari di Sela-sela Bambu

Begitu kami duduk, kami disuguhi pesona keindahanan Tari Leke, Tari Rangkuk Alu, dan Tari Caci persembahan dari siswa-siswi SMPK St. Ignatius dan siswa-siswi SMK Stella Maris. Tari Leke dipersembahkan oleh beberapa anak perempuan yang menari dengan sangat cantik. Sajian berikutnya Tarian Rangkuk Alu. Tarian tradisional dari Manggarai ini sangat menarik. Beberapa anak memainkan bambu-bambu yang dibuka dan ditutup lalu anak yang lain menari di sela-sela bambu tersebut mengikuti irama. Kami para peserta tak sabar ingin mencoba tarian tersebut. Bergantian kami mencoba mengikuti irama dengan melompat-lompat di sela-sela bambu tersebut. Ada yang berhasil dan ada yang terjepit kakinya. Suasana sangat seru.

Tari Rangkuk Alu, menggunakan bambu

Usai penampilan Tari Rangkuk Alu, hadirlah gelaran Tari Caci. Tarian ini kesannya agak menyeramkan karena menggunakan media cambuk dan perisai. Tapi kenyataannya mengundang tawa. Adegannya demikian – Ada penari yang bertindak sebagai penyerang dan yang lain bertahan dengan menggunakan perisai. Meskipun menggunakan media cambuk, namun tarian tersebut menimbulkan kelucuan. Yaitu saat cambuk tidak mengenai lawan karena berhasil ditangkis dengan perisai, maka penari yang dicambuk menggoyang-goyangkan bagian bawah badan seolah-olah mengejek dan karena bagian pinggang ke bawah diberi lonceng-lonceng maka menimbulkan bunyi yang lucu sehingga membuat kami tertawa. Namun ada juga cambuk yang mengenai badan penari yang bertahan dan kami “menyawer” penari tersebut dengan uang. Suasana yang menonton tarian tersebut sangat seru, apalagi ditambah sorak-sorai siswa-siswi yang ikut hadir dan ikut menyambut para tamu di sekolah tersebut. Siswa-siswi yang tidak menari semuanya mengenakan pakaian adat yang khas yaitu sarung tradisional Manggarai.

Tari Caci, menggunakan cambuk diiringi lonceng-lonceng yang mengundang tawa

Agen Pembaruan di Dunia Pendidikan

Romo Edigus Menori, Pr, sebagai Ketua Yayasan Keuskupan Ruteng menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kunjungan rombongan para Kepala Sekolah SMA/SMK di Keuskupan Agung Jakarta ke SMK Stella Maris dan SMP Ignatius Loyola. Berdasarkan penjelasan Romo Edigus Menori, Pr, hal-hal positif yang bisa kami ambil dari study banding ini sebagai berikut.

  • Ada 300 sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Keuskupan Ruteng, di antaranya ada 265 Sekolah Dasar, 18 Sekolah Menengah Pertama, dan 10 Sekolah Menengah Atas. Dari jumlah sekolah tersebut, Yayasan Keuskupan Ruteng hanya memiliki satu sekolah menengah kejuruan yaitu SMK Stella Maris Labuan Bajo.
  • Sistem pendidikan yang dikembangkan di SMK Stella Maris tidak hanya mengukur dari segi kecerdasan intelektual saja, namun pembinaan karakter dan kecerdasan emosional yang terinternalisasikan pada diri siswa secara integral.
  • Upaya untuk mewujudkan internalisasi secara integral antara pembinaan karakter dan kecerdasan emosional pada diri siswa tersebut membutuhkan energi lebih, niat yang ikhlas, integritas, serta komitmen semua komponen sekolah disertai usaha sungguh-sungguh, dan pengorbanan yang tinggi.
  • Pemegang kunci terhadap maju mundurnya lembaga pendidikan Katolik di sini terletak pada GURU.
    1. Guru harus hadir sebagai pembawa agen pembaharuan dan pelaku perubahan.
    2. Guru sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai positif dalam kehidupan.
    3. Guru sebagai figur dan teladan, mengajarkan keluhuran, keutamaan, dan kebaikan
    4. Guru hendaknya bermutu dalam kepribadian dan kerohanian yang mendukung tugasnya sebagai orang yang bertanggung jawab untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
    5. Untuk membangun kembali Sekolah Katolik sebagai pilihan masyarakat, maka Sekolah Katolik harus melakukan refleksi untuk reorientasi, revitalisasi ke visi idealismenya sebagai sekolah Kristiani.
    1. Guru harus hadir sebagai pembawa agen pembaharuan dan pelaku perubahan.
    2. Guru sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai positif dalam kehidupan.
    3. Guru sebagai figur dan teladan, mengajarkan keluhuran, keutamaan, dan kebaikan
    4. Guru hendaknya bermutu dalam kepribadian dan kerohanian yang mendukung tugasnya sebagai orang yang bertanggung jawab untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
    5. Untuk membangun kembali Sekolah Katolik sebagai pilihan masyarakat, maka Sekolah Katolik harus melakukan refleksi untuk reorientasi, revitalisasi ke visi idealismenya sebagai sekolah Kristiani.
  • Kepala SMPK St. Ignatius- Romo Heribertus Karno menyampaikan gambaran umum tentang perkembangan sekolah serta beberapa fasilitas yang sudah dibangun.
  • Kepala SMK Stella Maris-Romo Kornelis Hardin, Pr. menyampaikan gambaran umum program-program yang sedang dijalankan di SMK Stella Maris. Romo Kornelis Hardin juga mengharapkan agar dengan kunjungan ini bisa membangun kerjasama yang baik, sehingga ada jalinan kerjasama khususnya program SMK untuk pelayaran, otomotif, maupun periwisata.
  • Romo Eduardus Ratu Dopo juga memberikan sambutan dan menyampaikan bahwa sekolah Katolik harus menjadi pionir dalam meningkatkan sumber daya manusia yang kritis, kreatif, dan inovatif. Pendidikan Katolik adalah humanis, demokratis, bermartabat yang diformulasikan dalam semangat memanusiawikan manusia secara utuh. Pola pembelajaran hendaknya mengintegrasikan pemahaman masalah sekitar kehidupan siswa serta pengembangan nilai-nilai kemanusiaan secara terpadu. Siswa perlu melakukan refleksi yang akhirnya dapat diwujudkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini setiap siswa akan merasa diterima, dihargai menurut keunikannya dan diberi peluang dan sarana untuk mengembangkan dirinya sesuai bakat dan talenta yang dimilikinya.
Romo Edigus Menori, Pr, sebagai Ketua Yayasan Keuskupan Ruteng menyambut sepenuh hati

Berlayar dari Pulau ke Pulau

Hari kedua Senin, 6 Mei 2019 sampai dengan Selasa malam, 7 Mei 2019 kami sudah berlayar menuju Pulau Rinca. Selama dua hari satu malam kami berpindah dari pulau ke pulau. Tujuan pertama adalah Pulau Kelor. Di sana kami melihat pemandangan alam yang sungguh indah dari puncak bukit. Perjalanan berikutnya kami menuju Pulau Rinca. Kami melakukan trekkingdan melihat Komodo dari dekat.

Setelah berkunjung ke Pulau Rinca, kami menuju Pulau Kalong untuk melihat kalong di senja hari yang jumlahnya ribuan melewati atas pulau. Kalong-kalong beterbangan di atas kapal, indah sekali dengan udara yang sangat sejuk. Betapa Agung karya Tuhan di Pulau NTT ini. Semuanya serba menakjubkan.

Menyaksikan kawanan komodo

Nyaman Bermalam di Kapal

Malam itu kami bermalam di atas kapal. Hal yang unik di dalam kapal tersebut ada beberapa awak kapal yang semuanya pria, masih muda-muda, mempunyai tugas masing-masing. Ada yang bertugas mengemudikan kapal, sebagai tour guide, memasak, dll. Masakan anak-anak muda di kapal sangat enak. Mereka sudah membawa bahan makanan yang disimpan dalam kulkas dan sudah diperkirakan cukup untuk kami semua selama dua hari satu malam selama berada dalam kapal. Di setiap setiap sesi makan bersama, kami sangat merasakan keakraban dan persaudaraan di antara kami dalam satu kapal.

Bersantap di Atas Kapal

Kami bisa tidur dengan nyenyak di atas kapal, sungguh tidak terasa bahwa kami berada di permukaan air laut. Pagi harinya kami bangun pukul 05.00 lalu mandi dan bersiap untuk mengikuti Ekaristi Kudus. Di dalam kapal kami ada dua orang pastor yang memimpin Misa, yaitu Romo Andri dan Romo Dino dari SMA Kolese Gonzaga.

Rombongan kapal yang satunya, misa dipimpin oleh Romo Edu dari SMA Kolese Kanisius

Misa pagi berjalan dengan lancar. Menjadi pengalaman yang sangat berkesan bahwa kami bisa mengikuti perayaan Ekaristi di atas kapal. Hal ini menguatkan rasa keimanan dan syukur kami kepada Bapa yang Maha Agung.

Selesai Misa kami menuju Pulau Padar. Keindahan Pulau Padar tak bisa terbayarkan dengan apa pun, Sungguh luar biasa. Memang kami harus menapaki tangga yang berjumlah lebih dari 1.000 tangga. Namun kami tidak merasa lelah karena begitu dahsyatnya pemandangan yang ada di Pulau Padar.

Dari Pulau Padar kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Kanawa untuk snorkeling. Selesai snorkeling, kami ke tujuan akhir yaitu Pantai Pink.

Setelah melewati perjalanan yang sungguh memberikan pengalaman luar biasa, kami menuju Pelabuhan untuk kembali ke Labuan Bajo dan esok harinya terbang ke Jakarta.*

Diterbitkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close

Error: Contact form not found.