BERDAMAI DENGAN COVID-19 BAGAIMANA KITA MELAKUKANNYA?

Dr Handrawan Nadesul | Corona

SOAL KESEIMBANGAN EKOSISTEM – KESEIMBANGAN HIDUP KITA

Presiden Jokowi mengangkat isu kita berdamai saja dengan Covid-19. Ahli biologi Prof. Sutiman Bambang Sumitro, SU, DSc dari Universitas Brawijaya menyatakan bahwa Covid-19 tidak mungkin bisa hilang. Saya ingin mengomentari dari kuliah Public Health yang saya dapatkan dulu ihwal keseimbangan ekosistem epidemiologi, kaidah dasar Ilmu Epidemiologi, yakni Triad Epidemiology.

Gb1. Epidemiological Triad

Bahwa dalam keseimbangan ekosistem ada tiga komponen di atas bumi kita ini ihwal penyakit menular, yaitu seperti tampak pada Gambar 1: Ada Agent dalam konteks ini yakni Covid-19 dengan segala sifat serta keganasannya, kecepatan menularnya, cara menularnya, kemampuan bermutasinya. Komponen kedua, Host, sebagai pejamu, induk semang Covid-19, kita manusianya dengan segala unsur yang melekat bawaan genetiknya, perilaku tidak sehatnya, status kesehatannya, sistem kekebalan tubuhnya; dan komponen ketiga Environment atau lingkungan sendiri, termasuk kebersihan lingkungan, iklim, kondisi sosial, layanan kesehatan.

Interaksi ketiga komponen ini harus berada dalam status keseimbangan. Pada pokok ekosistem epidemiologi inilah yang dimaksudkan sebagai makna hidup berdamai dengan Covid-19. Artinya Covid-19 boleh tetap hadir, namun manusianya harus cukup tangguh untuk mampu hidup berdampingan dengan Covid-19 secara damai, dan lingkungan juga tidak boleh dibiarkan buruk, tidak membiarkan kondisi lingkungan sedemikian sehingga lebih menyuburkan Covid-19.

Gb2. Model Interaksi

Gambar 2: memperlihatan selalu terjadi keseimbangan (dinamis) antara komponen Covid-19 – Manusia pejamunya – dan Lingkungannya. Bagaimana ini bisa terpelihara seimbang? Harus berlangsung interaksi saling berdampingan secara damai. Menekan kemungkinan Covid-19 menjadi lebih liar berbiak-biak dengan cara menekan sekuat mungkin agar tidak ada kasus tertular baru.

Rantai penularan diputus akan diulas di Gambar 3. Manusianya dibangun gaya hidup lebih sehat, dan ini yang dinilai sebagai hidup dalam kehidupan normal yang baru (New normal) bila sebelumnya tidak terbiasa cuci tangan, abai menjaga kesehatan diri, acuh pada pilihan makan, tidak tertib jadwal harian yang menyehatkan. Hemat kita Covid-19 sedang menjewer kita untuk mulai hidup lebih sehat. Dan unsur lingkungan juga harus dihormati agar tetap tidak jorok, tidak membuang limbah bekas barang menular, dan melakukan edukasi menambah wawasan masyarakat hidup sehat, serta layanan preventif mendahulukan layanan pengobatan.

Kita melihat keseimbangan ekosistem menjadi tidak memihak pada keuntungan manusia apabila lingkungan tambah buruk, sehingga pihak manusia dikalahkan oleh Covid-19 (Host kalah oleh Agent), sedangkan keseimbangan ekosistem menjadi lebih menguntungkan pihak manusia apabila lingkungan semakin membaik, dan status kesehatan manusia semakin membaik: gaya hidup sehat dibangun, kekebalan tubuh meningkat, tidak mudah dikalahkan oleh Covid-19.

Dalam masa pandemi saya kira pilihannya memang perlu menekan angka penularan. Covid-19 yang berkeliaran di lingkungan tidak mungkin kita basmi. Supaya populasi Covid-19 semakin menurun, manusia yang tertular perlu ditekan dengan apa yang selama ini kita sudah lakukan: tetap bermasker, rutin cuci tangan, tidak saling berdekatan dengan orang di luar, dan untuk itu tidak keluar rumah. Yang telanjur sakit diisolasikan untuk dirawat agar Covid-19 habis dan hilang sendirinya (swasirna, self limitting). Yang tertangkap kedapatan positif Covid-19 disingkirkan dari publik.

Manusianya dikuatkan dengan protokol baku PSBB, nutrisi sehat, kebiasaan sehat, tidak meludah sembarangan, tahu cara sehat saat batuk dan bersin. Untuk menjinakkan Covid-19 itu semua lebih perlu mengandalkan agar selalu bersikap abai dan tinggi partisipasi manusianya baik yang belum sakit maupun yang sudah sakit. Lingkungan yang sudah tercemar dibersihkan dengan protokol disinfektans, layanan kesehatan dan medis kuratif dan harus lebih mendahulukan preventif menambah wawasan hidup sehat masyarakat seluruhnya. Upaya kita dalam mendamaikan hidup kita dengan Covid-19 dengan upaya melengkapi masyarakat luas dengan mengedukasi agar sepenuhnya memahami seluk-beluk Covid-19, sehingga lebih mudah mengajak bersama-sama mencapai keseimbangan ekositem epidemiologiknya.

Gb. 3

Gambar 3: Untuk mencapai keseimbangan dari pihak Covid-19 kita melihat bagaimana rantai penularan Covid-19 dilakukan sedemikian agar penularan tidak terus berlanjut. Rantai penularan Covid-19 harus diputus.

Ada 5 rantai yang saling terkait dalam mekanisme penularan Covid-19: pertama Covid-19 sendiri yang bisa ditahan apabila sudah ada vaksinnya.

Kedua rantai tempat Covid-19 masuk tubuh di hidung dan tenggorokan dicegah dengan memakai masker bagi yang sudah sakit.

Ketiga, rantai pintu keluar Covid-19 dari tubuh orang sakit lewat bicara, batuk, bersin dicegah dengan bermasker selain tahu aturan dan cara sehat saat batuk-bersin dan tidak banyak berbiacara, tidak meludah sembarangan, tidak keluar rumah.

Keempat pintu masuk Covid-19 lewat hidung dan tenggorokan, maka perlu selalu memakai masker di tempat umum, atau di rumah juga apabila sudah ada anggota keluarga yang terduga (orang dalam pemantauan ODP). Dengan memilih memutuskan salah satu rantai ini saja, maka penularan Covid-19 bisa dihentikan, dengan cara tidak perlu terjadinya kasus baru Covid-19.

Sekarang kondisinya dalam status neraca lingkungan yang buruk ditambah status kesehatan masyarakat kita yang rata-rata belum prima, keliru memilih gaya hidup sehat, kekebalan tubuh belum tentu tangguh. Pihak Covid-19 Sang Agent mendominasi ekosistem epidemiologi. Ini yang perlu didamaikan.

Jadi makna hidup berdamai dengan Covid-19 hemat saya, mengembalikan keseimbangan ekosistem ke arah yang alami, memelihara interaksi dinamis ketiga komponennya yakni Covid-19 – manusia pejamunya – dan lingkungannya agar senantiasa dalam status seimbang, tidak ada yang lebih kuat tidak ada yang lebih lemah.

Neraca ketiganya harus senantiasa terjaga seimbang. Dan filosofinya hemat saya, itulah keseimbangan hidup kita juga. Kekacauan kehidupan di bumi ini antara lain lantaran kita semakin memperburuk lingkungan kita sendiri oleh tangan kita (man made), sehingga bibit penyakit sebagai Agent berubah tabiat (bermutasi terus-menerus sehingga vaksin dan obat sukar ditemukan) kian mendominasi kehidupan kita sebagai pejamu yang kemudian kita menjadi takluk oleh yang kita ciptakan sendiri, akibat ulah kita, mungkin maaf, ini yang sekarang menjadi tulah kita yang harus kita tanggung bersama.

Salam sehat,

Dr HANDRAWAN NADESUL

Diterbitkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close

Error: Contact form not found.